Pemuda Aceh Rekayasa Perampokan Gara-Gara Maskawin Kurang

Seorang pemuda di Aceh merekayasa sebuah perampokan terhadap dirinya sendiri karena terdesak oleh jadwal dan segala kebutuhan hari pernikahannya yang sudah di depan mata, simak kisahnya:

oleh Rino Abonita diperbarui 19 Mar 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2020, 21:00 WIB
KM sedang melaksanakan skenarionya (Liputan6.com/Rino Abonita)
KM sedang melaksanakan skenarionya (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Aceh - Seorang pemuda di Aceh berpura-pura jadi korban penyekapan dan perampokan dengan cara mengikat dirinya sendiri di pinggir sungai. Ide tersebut muncul karena dirinya merasa terdesak oleh jadwal dan segala kebutuhan hari pernikahannya yang sudah di depan mata.

Ceritanya berawal pada Selasa (17/3/2020), saat warga Gampong Alue Nireh, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, dihebohkan oleh suara orang minta tolong yang berasal dari arah jembatan. Ketika dihampiri ternyata suara itu berasal dari seorang pemuda yang terikat dan berlumuran lumpur.

KM mengaku baru saja menjadi korban perampokan yang telah menguras harta bendanya. Seketika itu warga langsung melapor dan membawanya ke polisi.

Di kantor polisi dia mulai merangkai cerita. Pemuda itu mengaku dirampok pada Minggu malam (15/3/2020) di simpang Gampong Sungai Paoh, Kota Langsa, saat sedang menunggu bus ketika dirinya hendak pulang ke kampungnya di Idi Cut.

Tiba-tiba sebuah mobil melejit dan berhenti di depannya. Dari dalam mobil turun enam orang lelaki yang tidak dikenali kemudian seorang di antaranya langsung menanyakan apa isi tas yang dibawa oleh KM.

"KM menjawab hanya baju saja. Memperoleh jawaban KM pelaku langsung memukul bagian belakang kepala sambil menyeret ke dalam mobil dan menutup muka KM hingga pingsan," kata Kasat Reskrim Polres Aceh Timur, AKP Dwi Arys Purwoko, dalam keterangan resminya untuk Liputan6.com, Kamis pagi (19/03/2020).

Saat sadar KM mendapati dirinya sudah teronggok di pinggir sungai dengan kondisi berlumur lumpur serta tangan yang terikat. Uang dan emas yang disimpan di dalam tasnya raib digondol para perampok-perampok tersebut.

"Berdasarkan keteranganya, KM mengaku kehilangan uang sebesar Rp11 juta dan emas delapan mayam (sekitar 26 gram)," sebut Dwi.

Awalnya polisi percaya. Namun, semakin didalami keterangan KM lama-kelamaan terdengar ganjil dan cenderung berbelit-belit sehingga polisi menaruh curiga terlebih setelah petugas menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).

KM akhirnya mengaku kalau semua itu cuma rekayasa belaka. Ia sengaja melakukannya agar jadwal pernikahan dengan si jantung hati diundur sementara waktu karena dirinya belum bisa memenuhi prasyarat pernikahan terutama soal maskawin.

"Karena kebutuhan ekonomi, yang mana ia akan menikah pada bulan Maret ini dengan tunanganya warga Peudawa, sedangkan persiapan belum ada, hanya saja ia sudah memberikan emas sebagai tanda ikatan sebesar dua mayam dari 13 mayam yang sudah disepakati saat tunangan pada bulan Juni 2019 silam," terang Dwi.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Dapat Wangsit di Masjid

KM sedang melaksanakan skenarionya (Liputan6.com/Rino Abonita)
KM sedang melaksanakan skenarionya (Liputan6.com/Rino Abonita)

Ide tersebut rupanya muncul saat dirinya sedang tidur di masjid Alue Nireh. Ia menginap di masjid dalam perjalanan pulang ke kampung dengan tujuan untuk menenangkan diri karena kepikiran terus soal beban yang ada di dalam kepalanya.

Sebelumnya, KM sempat meminjam uang Rp1 juta dari anak pemilik kontrakan tempatnya tinggal dengan alasan untuk biaya pulang ke kampung pada Minggu malam. Ia juga minta tolong diantar ke perempatan Kuala Langsa dengan alasan dari situ ia akan berangkat ke Banda Aceh karena dia tinggal di sana.

Namun, setelah anak pemilik kontrakan pergi, KM naik becak dan berhenti di rumah seseorang bernama Tengku Kudri untuk melunasi utang. Karena semakin kepikiran tentang tempo pernikahan yang semakin dekat, KM memutuskan beristirahat dan menenangkan diri di musala selama sehari semalam.

Keesokan harinya, KM memutuskan mencari kendaraan untuk pulang ke kampung. Namun, lagi-lagi pikiran itu menghantuinya, hingga ia mengurungkan niat lalu memutuskan untuk kembali menenangkan diri di masjid.

"Pada saat di masjid KM mulai terpikirkan untuk membuat rekayasa seolah-olah menjadi korban perampokan dengan kekerasan. Harapannya, keluarga calon istri merasa iba dan memberikan tempo waktu lagi untuk pelaksanaan pernikahan," kata Dwi lagi.

Di masjid itu KM sempat ditanyai jemaah ke mana tujuan pemuda yang kepalanya sedang diganjal beban itu akan pergi. KM menjawab bahwa dirinya hendak memancing dan meminta tolong untuk diberi tumpangan ke alur sungai.

KM sempat termenung beberapa saat di pinggir sungai sebelum melumuri lumpur di tubuhnya dengan cara berguling-guling di pinggir sungai. Setelah mengikat tangannya dengan seutas tali yang ditemukan di pinggir sungai KM pun berteriak meminta tolong di mana semua kehebohan itu dimulai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya