Cilegon Bermasker, Menjawab Ketidakhadiran Negara?

Selain harga naik, masker juga menghilang dari pasar. Solidaritas dan kepedulian menjadi kunci.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 10 Apr 2020, 00:30 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2020, 00:30 WIB
cilegon
Inisiator Cilegon Bermasker, Helldy Agustian ikut membagikan masker kepada masyarakat. (foto: Liputan6.com/yandhi deslatama)

Liputan6.com, Cilegon - Program wajib masker bagi masyarakat didengungkan nyaris seluruh penyelenggara negara di Indonesia. Bersamaan dengan itu, gerakan bagi-bagi masker dan hand sanitizer dari berbagai lembaga seperti merespon ketidakhadiran negara yang mewajibkan.

Di Kota Cilegon, Banten DPW Partai Berkarya Banten bekerjasama dengan Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila, dan Yayasan Suara Hati mencoba mengisi kekosongan gerakan tersebut. Mereka membagikan sekitar 5000 masker bagi masyarakat.

Pembagian dipusatkan di bundaran Baja Landmark Kota Cilegon. Menurut Ketua DPW Partai Berkarya Banten, Helldy Agustiabn menyebut bahwa pembagian ini untuk menjaga agar masyarakat bisa terlibat dalam gerakan nasional mengenakan masker. Tujuannya jelas, meminimalisir penularan corona covid-19.

"Sesuai protokol dari WHO, seharusnya siapapun yang keluar rumah wajib bermasker. Tapi nyatanya banyak yang tak bermasker karena tak punya. Selain sulit didapat, juga harganya menjadi mahal,” kata Helldy.

Helldy mengaku prihatin dengan perilaku spekulasi yang membuat masker hilang. Tak hanya itu, hand sanitizer juga tiba-tiba menghilang. Dua barang tersebut menjadi mewah bagi masyarakat karena harganya yang tiba-tiba melambung akibat pandemi covid-19.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak video Cilegon Bermasker berikut:

Menjawab Ketidakhadiran Negara?

cilegon
Inisiator Cilegon Bermasker, Helldy Agustian ikut membagikan masker kepada masyarakat. (foto: Liputan6.com/yandhi deslatama)

Sebelumnya lembaga-lembaga itu juga sudah bekerja bareng mendisinfeksi sejumlah tempat publik di kecamatan Kota Baja. Penyemprotan disinfektan itu dilakukan di titik yang biasa tersentuh tangan dan yang berpotensi tempat meludah.

“Kami mencoba hadir untuk memberi rasa aman bagi publik,” kata Helldy.

Meski namanya disebut hendak maju dalam proses pemilihan Wali Kota, namun Helldy menyebut bahwa gerakan tersebut sebagai gerakan kemanusiaan.

"Apalagi ada kabar pilkada ditunda dan kami juga baru disebut saja, belum mengerucut,” kata Helldy.

Sobri, salah satu warga mengaku berterima kasih atas gerakan ini. Ia sudah mencoba mencari masker ke beberapa tempat namun belum menemukan.

“Rata-rata kan masker ini dijual paketan. Satu paket isi berapa gitu. Namun jangankan satu apket, satu biji saja saya nggak nemu,” kata Sobri.

Hal yang sama disampaikan Siti Aminah. Perempuan beranak dua ini menyebutkan bahwa untuk masker kain, hanya tempat-tempat tertentu yang menjual. Sementara sosialisasi penggunaan masker sudah sedemikian bergema.

“Bingung dan takut juga. Takutnya dua hal, kalau nggak pakai masker nanti kena hukuman, dan juga takut tertular,” kata Aminah.

Penerima masker memang didominasi pengendara sepeda motor. Selain meminimalisir penularan corona covid-19, juga mampu melindungi alat pernafasan dari debu.

“Setidaknya sekarang lebih tenang. Dan juga nggak sesak nafas karena menghirup debu dan asap knalpot,” kata Aminah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya