Masa Darurat, Peringatan Hari Bumi di Pegunungan Kendeng Datang Lebih Awal

Memperingati Hari Bumi, petani kendeng, Minggu (19/4/2020), ramai-ramai mendatangi lokasi pertambangan batu di Pegunungan Kendeng Utara, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 01 Mei 2020, 10:49 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2020, 17:00 WIB
Protes Petani Kendeng
Memperingati Hari Bumi, petani kendeng, Minggu (19/4/2020), ramai-ramai mendatangi lokasi pertambangan batu di Pegunungan Kendeng Utara, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Pati - Petani kendeng, Minggu (19/4/2020), ramai-ramai mendatangi lokasi pertambangan batu di Pegunungan Kendeng Utara, Dukuh Batu, Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Mereka ingin merayakan Hari Bumi 22 April lebih awal di tempat itu, sambil mengingatkan bahaya pagebluk virus corona (Covid-19).

Bambang, petani Kendeng dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) yang ikut dalam aksi itu mengatakan, para petani Kendeng tetap kokoh pada komitmen untuk terus menjaga kelestarian lingkungan Pegunungan Kendeng. Dirinya mengatakan, sudah selayaknya semua orang mengingatkan, jika melihat ada pengrusakan alam di sekitarnya.

"Termasuk hari ini, kita mengingatkan para penambang yang merusak lingkungan," katanya.

Para petani kendeng lengkap dengan masker membawa berbagai poster bernada penolakan terhadap tambang, antara lain bertuliskan 'Kembalikan Kerugian Lingkungan Akibat Penambangan', 'Hentikan Pertambangan = Memutus Penyebaran Corona', 'Hentikan Pertambangan Sekarang Juga', 'Sawahku Butuh Banyu Ora Butuh Debu Tambang', 'Hentikan Pertambangan di Pegunungan Kendeng', 'Sawah Ben Ajek Sawah, Gunung Ben Ajek Gunung', dan 'Ibu Bumi Wis Maringi, Ibu Bumi Dilarani, Ibu Bumi Kang Ngadili'.

Suharno, seorang petani kendeng yang lain mengatakan, tujuan mereka mendatangi lokasi tambang itu sebagai bentuk protes, dan meminta aktivitas tambang dihentikan.

"Kalau hujan kebanjiran, kalau kemarau juga kekurangan air. Jadi minta kesadaran. Walaupun itu alasan izin, ataupun kebetulan jika tidak izin, semua ya harus dihentikan," katanya.

"Dasar-dasar Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) cukup jelas. Jika jarak antara pemukiman dan lokasi tambang cukup dekat itu tidak boleh ditambang, harus dihentikan,” imbuh Suharno menandaskan.

Di sisi lain, Gunarti seorang perempuan sedulur Sikep pun mengingatkan bahwa sudah saatnya para penambang dan semua pihak sadar dan berhati-hati akan akibat kerusakan yang telah diperbuat selama ini.

"Iki iso ndadekno tergugahe dulur-dulur sing nambang ning Gadu. Mugo-mugo yo wiwit dino iki ndang podho ngati-ati. (Semoga bisa menjadikan tergugahnya rasa saudara-saudara yang melakukan penambangan di Gadu. Semoga mulai hari ini segera sama-sama berhati-hati),” ucap Gunarti.

Hingga hari ini, belum ada respons dari pihak tambang terhadap aksi yang digelar petani kendeng. Mereka pun akan menggelar aksi hingga Hari Bumi 22 April tiba. 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya