Ketika Covid-19 Menjadi Berkah Bagi Bumi

Dampak penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia mengakibatkan pergerakan manusia jauh berkurang sehingga polusi menurun drastis.

oleh Abdul Jalil diperbarui 23 Apr 2020, 11:09 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2020, 11:09 WIB
[Bintang] Hari Bumi: Momentum Memperluas Gerakan Penyelamatan Lingkungan Hidup
Ini yang diminta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kepada pemerintah di Hari Bumi. (Ilustrasi: SoCore Energy)

Liputan6.com, Samarinda - Peringatan Hari Bumi selalu dilaksanakan setiap tanggal 22 April dan diperingati di seluruh dunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran menjaga planet yang dihuni manusia dari ancaman perusakan, utamanya lingkungan hidup.

Tahun ini, peringatan yang rutin dilaksanakan setiap tahun itu, sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Berkurangnya polusi udara akibat pandemi Covid-19 terjadi nyaris di seluruh dunia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Ence Ahmad Rafiddin Rizal menjelaskan, Peringatah Hari Bumi untuk pertama kalinya dilaksanakan dengan tingkat polusi yang rendah. Pandemi Covid-19 membuat hampur seluruh warga memilih berdiam di rumah.

“Kalau dari kacamata pengurangan kegiatan, otomatis pasti terjadi pengurangan emisi, termasuk juga gas buang,” kata Rizal, Kamis (23/4/2020).

Pelaksanaan Peringatan Hari Bumi tahun ini juga sangat berbeda. Situasi ini merupakan yang pertama dalam situasi minimnya polusi. 

Tak ada kampanye maupun sosialisasi langsung ke masyarakat. Akibat pandemi Covid-19, aktivis lingkungan hidup memilih kampanye melalui media sosial dengan menyebar pesan-pesan penyelamatan bumi.

Simak juga video pilihan berikut

Berkurangnya Emisi Gas Rumah Kaca

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Ence Ahmad Rafiddin Rizal
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Ence Ahmad Rafiddin Rizal.

Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kerja dari rumah, hingga himbauan jaga jarak sosial cukup ampuh untuk mengurangi pergerakan warga. Hal ini berdampak pada konsumsi bahan bakar minyak yang ikut berkurang.

“Dari bukti aktivitas yang menurun bisa dijadikan justifikasi bahwa telah terjadi penurunan emisi gas rumah kaca,” sebutnya.

Rizal mencontohkan, akibat pengurangan aktivitas di luar rumah, Kilang Balikpapan menghentikan operasinya sementara waktu. Sebab konsumsi BBM berkurang drastis, membuat emisi gas buang juga sangat berkurang.

“Pertamina RU V Balikpapan menurunkan produksi minyak dan gas karena demand terhadap BBM menurun mengakibatkan pengurangan emisi baik di tingkat produksi maupun konsumsi di masyarakat,” papar Rizal.

Menurutnya, meski tak menyebut secara langsung, Covid-19 semacam berkah bagi bumi. Pandemi ini seolah membuat bumi bisa beristirahat sejenak.

“Karena Covid-19 ini, langit menjadi biru, lapisan ozon kembali menebal. Ternyata manusia harus mengalah with a tiny little thing called corona,” kata Rizal dengan nada bercanda.

Pernyataan itu juga disetujui oleh Niel Makinuddin, Senior Manajer Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Kaltim. Bumi, sebutnya, bisa sedikit bernapas lebih lega akibat pandemi ini.

“Bumi kita terasa sedang rehat sejenak, udara semakin bersih, emisi gas rumah kaca menurun, lalu lintas lancar, sungguh karena benda superkecil ukuran 150 nano yang bisa membuat negara adikuasa takluk alias manut,” kata Niel.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya