Liputan6.com, Jambi - Suara gerinda masih berdenging dari dalam masjid bercorak Tionghoa itu. Beberapa orang pekerja bangunan saling berbagi peran. Seorang pekerja ada yang kebagian menggerinda rangka baja untuk pemasangan pintu depan masjid.
Sementara dua pekerja lainnya, tampak ada yang menokok-nokok serta mengecat tembok. Begitulah aktivitas pekerja yang terlihat. Para pekerja itu sedang merampungkan pembangunan Masjid Laksamana Cheng Hoo di Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kota Jambi.
Advertisement
Baca Juga
Masjid dengan gaya perpaduan arsitektur Tionghoa, Arab, dan Melayu itu awal pembangunannya dimulai tahun 2012. Kini memasuki Ramadan tahun 2020/1441 Hijriah, progres pembangunan mesjid yang diinisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jambi telah mencapai 70 persen.
Meski belum rampung 100 persen, tetapi ornamen kental gaya Tionghoa sudah mulai terlihat jelas dari tiap bagian Masjid Laksamana Cheng Hoo. Kubah utamanya berbentuk berundak-undak menyerupai pagoda yang menjadi ciri khas bangunan peribadatan Tionghoa.
Sementara atap yang terpatri dari masjid itu disetiap ujungnya berbentuk sanding tunggal dengan tingkat kemiringan yang menjuntai ke atas. Bentuk atap seperti ini menjadi khas arsitektur bangunan Tionghoa.
Masjid ini memiliki tiga pintu utama yang berbentuk bulat. Begitu pula dengan tempat imam salat di dalam masjid itu juga berbentuk bulat. Kelir merah mendominasi dinding masjid itu, disamping itu ada pula perpaduan warna hijau tua dan kuning.
Sementara itu untuk unsur budaya Melayu akan diletakkan pada teras mesjid, namun saat ini belum tampak karena masih dalam proses pembuatan. Sedangkan dalam unsur Arab akan diletakan pada ukiran dan kaligrafi pada beberapa bagian dinding masjid.
"Di bagian dalam ini nanti masih mau ditambahin ukiran tulisan arab, seperti lafaz Allah dan Muhammad," kata Mantan Ketua DPW PITI Jambi yang juga menjadi pencetus pembangunan Masjid Laksamana Cheng Hoo Jambi, H M Rusli saat ditemui Liputan6.com, Sabtu (25/4/2020).
Rusli menceritakan pembangunan masjid tersebut bermula dari inisiasi supaya komunitas muslim Tionghoa di Jambi punya wadah untuk tempat bersilaturahmi. Atas dasar itu, kemudian tercetus pendirian masjid dengan corak Tionghoa dengan mengambil nama dari seorang tokoh pengembara muslim asal Tiongkok yaitu Laksamana Cheng Hoo.
Dengan pembangunan masjid ini komunitas muslim Tionghoa tidak meninggalkan corak budayanya, meski telah memeluk Islam. Selain nantinya terbuka untuk masyarakat umum Rusli bilang, Masjid Cheng Hoo juga menjadi tempat belajar bersama untuk para mualaf Tionghoa di Kota Jambi.
"Kalau kita punya suatu wadah pada saat ada keperluan pembinaan untuk komunitas kita akan menjadi lebih mudah, kita bisa belajar bersama di tempat ini," kata dia.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Istikamah
Masjid Cheng Hoo dibangun dengan ukuran 20x20 meter di atas tanah seluas sekitar 2.000 meter persegi, di sebelah kiri pintu gerbang masuk berdiri sebuah bangunan sekretariat PITI Jambi. Sementara pada bagian halamannya saat ini masih ditumbuhi semak rumput hijau, dan masih ada tumpukan batu bata.
Waktu itu pembangunan mesjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, tahun 2012. Dalam perjalanan pembangunan masjid ini tidak langsung cepat selesai. Pengurus PITI menemui berbagai kendala, salah satunya masalah pendanaan.
Namun, problem pendanaan ini tak jadi penghalang. Dengan kerjasama dan urunan dari komunitas muslim Tionghoa, akhirnya pembangunan masjid terus berlanjut dan berjalan step by step. Pembangunan masjid ini tak hanya mengandalkan dana PITI, melainkan ada sumbangan dari donatur seperti pengusaha dan pemerintah.
Menurut Huang Kang Tong, nama Tionghoa dari H M Rusli, dari proses perjalanan pembangunan masjid yang cukup panjang ini, komunitas muslim dapat belajar jika dalam memulai sesuatu untuk membangun rumah ibadah perlu proses.
"Dari sini (proses pembangunan masjid) kami dapat belajar istiqomah dan menjalani setiap proses tahap demi tahap," ujar Rusli yang kesehariannya itu berprofesi sebagai petani.
Selain memadukan tiga budaya, Masjid Laksamana Cheng Hoo Jambi ini mengusung filosofi keislaman. Hal itu terlihat pada jarak antara lantai dan atap dengan tinggi 17 meter. Angka 17 ini merupakan jumlah rakaat salat lima waktu dalam sehari.
"Meski arsitek yang merancang bangunan mesjid ini bukan orang Tionghoa, tapi hasilnya sesuai," ungkap Rusli yang juga mantan Ketua DPW PITI Jambi periode 2005-2015.
Selain sebagai tempat ibadah, dengan kehadiran masjid dengan perpaduan tiga akulturasi budaya ini tidak menutup nantinya bisa menjadi ikon baru untuk wisata religi di Kota Jambi. Perihal bakal menjadi ikon wisata ini diamini Rusli.
Advertisement
Sempat Dikira Kelenteng
Masjid Cheng Hoo Jambi masuk daftar sederet masjid di Nusantara yang namanya mengabadikan tokoh pengembara muslim asal Tiongkok. Di Provinsi Jambi masjid dengan corak Tionghoa ini merupakan yang pertama.
Dari kejauhan mesjid itu sudah terlihat khasnya. Bahkan dengan corak arsitektur yang kental dengan budaya Tionghoa itu, terkadang membuat orang yang melintas di depan Masjid Cheng Hoo mengira jika bangunan tersebut adalah kelenteng.
"Biasanya orang baru yang belum tahu dan lewat sini mengira kok bangunan kelenteng ada di sini," kata Ketua RT 17, Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kota Jambi, Sarwanto, yang rumahnya tepat berada di seberang jalan Masjid Cheng Hoo itu.
Selain itu, dengan kehadiran bangunan masjid ini menurut Sarwanto, warga di sekitar menyambut baik. Bahkan warga berharap pembangunan masjid ini bisa cepat selesai sehingga dapat digunakan untuk keperluan peribadatan dan silaturahmi.
Masjid Cheng Hoo Jambi sudah dinanti untuk digunakan terutama komunitas muslim Tionghoa. Menurut Rusli, perkembangan komunitas muslim Tionghoa di Kota Jambi berdasarkan catatan PITI mencapai 100 kepala keluarga (KK).
Memasuki Ramadan 1441 Hijriah, kata Rusli melanjutkan, seyogyanya pengurus masjid berencana akan membuka masjid ini untuk salat tarawih. Namun, di tengah pandemi Corona Covid-19 dan menyusul imbauan pemerintah untuk beribadah di rumah, salat tarawih di masjid ini urung dilakukan. Mereka harus sabar hingga tahun depan.
"Mudah-mudahan Ramadan tahun depan kami bisa beribadah di Masjid Cheng Hoo ini, dan Alhamdulillah teman-teman di sekitar mesjid menyambut hangat kami," demikian Rusli.