Liputan6.com, Blora - Ngatini (51), seorang janda yang tinggal di RT01 RW07 Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah sungguh bernasib malang. Di usianya yang beranjak lansia, dia harus mampu bertahan hidup seorang diri di rumah kontrakan. Tiga orang anaknya entah pergi ke mana.
Di tengah kemiskinan yang menghimpit, dirinya hanya bisa pasrah. Untuk menyambung hidup, Ngatini makan dari hasil mencari dedaunan di sekitarnya. Terjadang ada tetangga dan dermawan yang memberikan makanan.
Baca Juga
"Seadanya, kadang ada dapat daun pepaya ataupun bunga pisang dimasak. Kadang dikasih dari tetangga," kata Ngatini kepada Liputan6.com, Selasa (12/5/2020).
Advertisement
Ngatini hidup di kontrakan sudah 8 tahunan. Ia dapat membayar kontrakan pertahunnya Rp1,5 juta dengan menjual barang-barang yang masih tersisa dahulu sebelum berpisah (cerai) dengan suaminya 9 tahun yang lalu. Kini barang-barang sudah ludes dijualnya. Sementara kunjungan anak-anaknya hanya tinggal harapan.
Di tengah ramainya pembagian bantuan sosial dampak corona Covid-19, Ngatini mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Baik bantuan langsung tunai Covid-19 maupun jenis lainnya tidak pernah ia terima.
"Tidak ada bantuan, saya tidak pernah menerima," ucapnya.
Terkait hal itu, Camat Jepon, Ani Wahyu Kumalasari saat dihubungi Liputan6.com mengaku baru mengetahui ada warganya yang belum mendapat bantuan.
"Ini nanti secepatnya biar di cek kebawah," ucap Ani.
Mendengar kabar itu, Pemerintah Kelurahan Jepon langsung bergerak cepat dengan mendatangi kediaman Ngatini. Lurah Jepon, Suwarno mengatakan, Ngatini tidak terdata lantaran dianggap bukan warga Kelurahan Jepon.
"Ini KTP-nya masih Desa Tempellemahbang, nanti setelah ini akan kita cek ke desa tersebut apakah sudah dapat bantuan tidaknya di sana," kata Suwarno.
Wakil Bupati Blora, Arief Rohman saat hubungi berjanji akan memperhatikan janda atas nama Ngatini itu. Untuk melanjutkan informasi tersebut, kemudian pihaknya meminta tolong untuk di fotokan KTP maupun yang bersangkutan.
"Tidak asli situ tidak masalah, yang penting itu harus didata. Secepatnya biar dibantu Dinsos dan Baznas Blora," ucap Arief Rohman.