Kisah Antonius Do, Penyandang Disabilitas Penjual Koran yang Luput Bantuan Covid-19

Setiap hari, penyandang difabel yang hidup ngekos bersama isteri dan dua anaknya ini beradu dengan waktu, menyusuri jalan pertokoan menawarkan koran di tangannya

oleh Ola Keda diperbarui 01 Jul 2020, 10:21 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 03:00 WIB
Dampak Covid-19
Foto : Antonius Do, penyandang disabilitas yang menjadi penjual koran keliling di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT (Liputan6.com/Dion)

Liputan6.com, Sikka- Antonius Do adalah seorang penjual koran keliling di pertokoan Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. Setiap hari, penyandang disabilitas yang hidup ngekos bersama isteri dan dua anaknya ini beradu dengan waktu, menyusuri jalan pertokoan menawarkan koran ditangannya.

Beberapa waktu belakangan, rutinitas menjual koran terganggu akibat wabah Corona. Nasib dan penghasilnya pun menurun drastis akibat warga tidak bepergian untuk berbelanja di toko.

“Pemerintah larang jangan keluar rumah, kerja dari rumah, tetapi mau bagaimana, penjual koran harus keluar rumah, kalau tidak keluar tidak dapat uang,” ungkap pria berusia 25 tahun ini, kepada Liputan6.com, Sabtu (13/6/2020).

Meskipun penghasilannya dari menjual koran tak seberapa, namun setiap hari penyandang disabilitas ini selalu bersemangat dan gigih bekerja. Ia tak mengenal lelah dan berkeluh menjalani hidup.

Di balik perjuangannya, Antonius merupakan kepala keluarga. Ia memiliki dua anak yang masih kecil. Selain membiayai hidup keluarganya, hasil penjualannya juga harus disisihkan membayar sewa kos yang ditempati di wilayah kelurahan Madawat, Kabupaten Sikka.

Sebelum wabah Covid-19 meluas di Indonesia, dalam sehari ia bisa mendapatkan upah hingga Rp30 ribu. Namun, kini pendapatannya merosot, bahkan sehari ia hanya pulang dengan Rp15 ribu.

Pasalnya, selain warga enggan keluar rumah, warga juga takut memegang koran. Belum lagi di era yang serba online, setiap orang bisa dengan mudahnya mengakses informasi dari ponselnya.

"Dalam sehari saya bawa 60 exampler koran, kalau habis terjual bisa bawa pulang Rp 30 ribu," katanya.

Dari penghasilannya yang tak seberapa di tengah covid-19, ia harus mengajukan pinjaman di koperasi harian untuk melunasi pembayaran kos. Hal ini membuat terus berjualan koran keliling meskipun sedikit orang yang berminat membeli.

"Penjualan koran bersaing dengan media online, ini tergantung minat dari pembaca. Sebelum ada media online, sehari saya bisa mendapat Rp50 ribu, tetapi setelah ada media online penghasilan jadi menurun," bebernya.

Walaupun persaingan media semakin ketat, bukan menjadi penghalang buat Antonius untuk menjajakan koran. Sebab, hanya inilah pekerjaan yang membuat ia bisa bertahan menghidupi keluarganya.

"Sedikit yang mau beli koran, sekarang kan lewat android orang sudah bisa membaca dan menonton, apalagi semenjak corona, jarang orang beli koran," tandasnya.

Selama wabah corona, penyandang disabilitas mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal, ia terdaftar sebagai warga kelurahan Madawat, kabupaten Sikka.

"Saya baru sekali dapat bantuan sembako dari Pertamina, kalau pemerintah sama sekali belum dapat. Mereka hanya datang mengambil kartu keluarga tetapi sempai sekarang, bantuan tak pernah ada," tutupnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya