Liputan6.com, Yogyakarta - Desainer Indonesia yang sudah 30 tahun bermukim di Jerman, Bai Populo, memutuskan untuk tinggal di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Bukan sekadar kembali ke kampung halaman, ia juga membuat gebrakan di tempat tinggal leluhurnya.
Lelaki kelahiran Magelang yang besar di Jakarta ini ternyata memiliki kakek dan nenek yang berasal dari Candisari, Kalasan, Sleman. Ia merancang sebuah rumah singgah seni dan budaya sekaligus homestay yang diberi nama Ohmmstay di kawasan tersebut.
Ohmmstay dikembangkan dari rumah leluhurnya. Bangunan seluas 1.000 meter pesegi di atas tanah lebih dari 3.000 meter persegi itu diyakininya akan memberi suasana baru kepada tamu yang menginap. Ada tiga kamar yang disediakan, pendopo luas, lengkap dengan ornamen limasan.
Advertisement
"Ini tujuannya tidak semata-mata bisnis mencari keuntungan, tetapi saya lebih ingin nguri-uri (merawat) kebudayaan leluhur saya," ujar pemilik nama lengkap Bai Soemarlono, Rabu (17/6/2020).
Baca Juga
Di tempat itu ia juga sudah menyiapkan sanggar untuk orang mempelajari gamelan, tarian klasik, dan membatik. Seharusnya program di rumah singgahnya itu diluncurkan pada April lalu. Namun, pandemi Corona Covid-19 mengharuskannya menunda rencana.
Keinginan mendirikan rumah singgah sudah lama terbersit di benak Bai Populo. Sekitar 2009, ia rajin bepergian ke negara-negara Asia. Ia melihat budaya-budaya setempat yang membangunkan kenangan masa kecilnya.
Sewaktu kecil, ia kerap berlibur ke rumah kakek neneknya. Rumah yang kini dikelolanya menjadi rumah singgah.
Bagi desainer yang pernah berkolaborasi bersama Joe Lim dan membesarkan nama Populo ini, Yogyakarta merupakan kota sejarah di Indonesia yang juga menarik daya mistisnya, serupa Bhutan dan Siam Reap Kamboja.
Rumah singgah yang menjadi kantor untuk merek fesyen terbarunya Ohmmbybai ini juga kerap dikunjungi artis dan seniman dalam negeri. Sebut saja Ria Irawan semasa hidupnya pernah datang dan menginap di sana. Â
Menjadi seorang desainer bisa dibilang ketidaksengajaan dalam hidup Bai. Ia semula datang ke Jerman justru untuk mempelajari sejarah kesenian Eropa. Perjalanan mengantarkannya pada profesi perancang busana yang dikenal di Amerika, Eropa, dan Asia.
"Punya rumah singgah ini saya juga tetap akan bolak-balik ke Jerman karena atmosfer pekerjaan saya juga berada di sana, kalau saya sedang tidak di Yogyakarta, akan ada orang yang mengelola rumah singgah ini," ucapnya.
Â