Liputan6.com, Bandung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendapatkan vaksin Covid-19 pertamanya dalam keikutsertaannya sebagai relawan uji klinis di Puskesmas Garuda, Kota Bandung.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, Ridwan Kamil keluar dari puskesmas sekitar pukul 15.30 WIB. Selain dia, terdapat tiga pimpinan Forkopimda Jabar lainnya yang juga relawan uji klinis yakni Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, dan Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa.
Advertisement
Baca Juga
Emil, panggilan Ridwan Kamil, sebelumnya dinyatakan lolos sebagai relawan lolos tahap pertama sebagai relawan uji klinis fase III vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China. Hasil swab yang dijalaninya pada Selasa (25/8/2020) lalu.
"Alhamdulillah, saya bersama Kapolda, Pangdam dan Kepala Kejati mewakili Forkopimda telah melaksanakan pengetesan vaksin," tutur Emil saat memberikan keterangan kepada pers.
"Kami telah melakukan banyak prosedur yang sangat ketat, dimulai dari pengambilan sampel darah. Sampel darah ini akan diperiksa rutin sehingga akan dites imunisasinya naik sampai akhir proses. Kemudian diperiksa dada, paru-paru untuk memastikan tidak ada yang berhalangan terkait penyuntikan," kata dia menambahkan.
Emil mengaku disuntik di bagian lengan kiri. Hal yang sama juga dilakukan kepada Pangdam dan Kepala Kejati. Sedangkan Kapolda Jabar di lengan kanan.
"Puncaknya kami disuntik, khusus untuk saya disuntik sebelah kiri, Pak Kapolda di sebelah kanan," ucapnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Penyuntikan Kedua 14 Hari Lagi
Emil berbagi cerita pengalamannya disuntik vaksin. Ia mengaku hanya merasakan ada lebam.
"Setelah disuntik, testimoni saya kerasanya agak ada lebam selama lima menit tapi kalau beliau-beliau lebih kuat, saya kurang lebih berlangsung lima menit. Setelah itu terlihat sedikit baal di sebelah kiri," ujarnya.
Setelah disuntik, Emil bersama para relawan disuruh menunggu selama 30 menit. Selama kurun waktu tersebut tidak ada reaksi yang signifikan dalam tubuhnya.
"Selama 14 hari ke depan, kami diberi kartu lapor isinya ada soal suhu tubuh, nanti secara rutin dilaporkan. Jika ada anomali seperti kenaikan suhu tiba-tiba, itu harus dilaporkan. Jumlahnya ada sembilan potensi reaksi yang dilaporkan dari gejala ringan sampai berat," ujarnya.
Setelah dua pekan, Emil mengaku akan kembali lagi ke puskesmas untuk mendapatkan penyuntikan vaksin kedua.
"Setelah itu kita akan melakukan pengecekan. Nanti peneliti menghitung sampai mana apakah imunitas kami naik atau tetap. Di situlah tim riset akan menyimpulkan apakah vaksinnya layak diproduksi massal atau ada sideback dari vaksinnya," ujarnya.
Advertisement