Liputan6.com, Mamasa Usai banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa Desa Rippung, Kecamatan Messawa, Mamasa, Sulawesi Barat 9 Oktober 2020 lalu, tiga dusun di desa itu, yakni Malluaya, Rattedonan dan Talmin, terisolir.
Material longsor berupa tanah dan bebatuan disertai batang pohon, menutupi dan memutus akses jalan ke daerah itu. Untuk sampai ke tiga dusun itu, warga harus berjalan kaki melalui meterial longsor, kendaraan roda dua dan empat tidak dapat digunakan.
Yan, salah seorang warga berharap akses jalan yang tertutup longsor mendapatkan perhatian pemerintah daerah setempat. Mengingat, jalan itu merupakan jalur utama perekonomian warga, yang setiap hari dilalui untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan mereka.
Advertisement
Baca Juga
"Sudah tiga hari jalan masih tertutup, sama sekali belum bisa dilalui kendaraan. Paling tidak pemerintah mengerahkan alat berat membuka jalur akses di tiga dusun yang terisolir," kata Yan kepada Liputan6.com, Minggu (11/10/2020).
Yan menambahkan, warga kewalahan membersihkan material yang menutupi jalan, ada puluhan titik longsor di daerah itu. Apa lagi, warga hanya menggunakan alat seadanya untuk memindahkan meterial, sehingga adanya alat berat sangat dibutuhkan.
"Sekali pun seminggu warga bergotong-royong membersihkan material longsor, tidak akan selesai. Jadi satu-satunya cara jika ada alat berat," ujar Yan.
Kepala Desa Rippung, Restu Handayani mengungkapkan, sekitar 200 kepala keluarga di tiga dusun itu terisolir akibat putusnya akses jalan. Selain itu, puluhan hektare sawah siap panen rusak akibat bencana alam itu.
"Banjir dan longsor ini begitu memporak-porandakan desa kami. Kami sangat membutuhkan bantuan untuk menangani bencana ini," ujarnya.
Sedangkan, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mamasa, Daud Tandiarruan, mengatakan pihaknya akan segera mengkoordinasikan longsor yang terjadi dengan Bupati Mamasa. Karena, anggaran bencana di dinasnya sudah tidak ada akibat refocusing penanganan Covid-19
"Semoga ada solusi segera dari pimpinan pengambil kebijakan," tutupnya.