PVMBG Sebut Bencana Longsor Masih Mengancam Sejumlah Daerah

PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan, potensi bencana longsor di beberapa daerah di Indonesia pada Oktober 2020 masih sangat tinggi.

oleh Arie Nugraha diperbarui 16 Okt 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 08:00 WIB
longsor-ilustrasi-131201b.jpg
Ilustrasi Longsor

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan, potensi bencana tanah longsor di Indonesia pada Oktober 2020 masih sangat tinggi. PVMBG menyebut, beberapa wailayah yang perlu waspada terhadap potensi gerakan tanah antara lain Sulawesi bagian Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan bagian Utara, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Kasbani, Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan, potensi tanah longsor juga mulai semakin meluas di sebagian wilayah Indonesia, meliputi wilayah Pulau Sumatera bagian barat antara lain mulai wilayah Aceh hingga Lampung, di Jawa Barat bagian barat dan Selatan, Kalimantan Barat bagian timur , Kalimantan Tengah bagian tengah , Kalimantan Timur bagian Tengah dan dan Kalimantan Utara.

"Pada saat turun hujan perlu kewaspadaan utamanya di wilayah di pegunungan, perbukitan, jalur jalan dan seputaran bantaran sungai. Gerakan tanah terakhir terjadi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan Kabupaten Tabanan Provinsi Bali," ujar Kamis (15/10/2020).

Kasbani menuturkan untuk kejadian tanggal 13 Oktober 2020 sekitar pukul 07.00 WIB, gerakan tanah menutup akses jalan desa yang tembus ke kecamatan di tujuh titik, menimpa 14 hektare lahan pertaniani di Nanggewer RT 4/13, Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Selain itu, juga mengakibatkan tujuh bangunan terdiri dari enam rumah dan satu musala terancam yang terdiri dari 12 KK atau setara 37 jiwa mengungsi.

Masih pada hari yang sama sekitar pukul 08.00 WIB, gerakan tanah terjadi mengakibatkan bangunan SD Islam Fitra Bhakti mengalami kerusakan di Jalan Raya Perum KOPKAR Rinenggo Asri No 02 RT 08 RW XII, Kelurahan Pudak Payung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

Sementara kejadian serupa mengakibatkan jalan yang menghubungkan antara Kampung Sukarasa dengan Kampung Bongkong amblas di jalan poros Desa di Kampung Sukarasa, Desa Sukaresami, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Tanggal 13 Oktober 2020 sekitar pukul 16.00 WIB, gerakan tanah mengakibatkan jebolnya senderan saluran irigasi sepanjang 3 meter di Subak Utu, Dusun Utu sehingga menutup saluran air dan meluber ke sawah di Dusun Utu, Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali," kata Kasbani.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

La Nina

Kasbani menerangkan kejadian gerakan tanah di empat provinsi itu diperkirakan morfologi daerah bencana yang perbukitan serta pemukiman berada pada lereng perbukitan dan dipicu oleh La Nina. Untuk itu peningkatan kewaspadaan bagi penduduk yang bermukim dan beraktivitas di bawah tebing yang longsor, terutama pada saat dan setelah turun hujan lebat dalam waktu lama.

Kasbani memita masyarakat agar memantau lereng atas pemukiman yang sering terjadi gerakan tanah. Jika muncul retakan pada tanah atau jika pada tekuk lereng muncul rembesan atau mata air keruh dan lumpur, maka warga pemukiman yang berada di bawah lereng tersebut segera menjauh dari lokasi tersebut dan melaporkannya kepada instansi yang berwenang.

"Agar BPBD dan pemda setempat untuk menyampaikan peringatan kepada penduduk yang beraktivitas di sekitar bencana, untuk antisipasi jika terjadi longsoran tipe cepat," ungkap Kasbani.

Pencegahan lainnya agar tidak terjadi gerakan tanah yaitu menanami lereng dengan tanaman keras berakar kuat dan dalam yang dapat berfungsi menahan lereng. Serta dilakukan perbaikan sistem drainase di sekitar daerah longsoran.

Kasbani menyatakan penanganan longsoran agar memperhatikan cuaca, agar tidak dilakukan pada saat dan setelah hujan deras. Alasannya daerah tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan.

"Menghentikan dulu aktivitas yang memerlukan banyak orang di sekitar lokasi bencana sampai dinyatakan aman oleh pemeritah daerah setempat. Pemasangan rambu rawan bencana longsor di daerah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan," tukas Kasbani.

Selain itu ucap Kasbani, memperkuat kestabilan lereng dengan pembuatan penahan lereng (rekayasa teknis) yang mengikuti kaidah-kaidah geoteknik dapat juga meminimalisir gerakan tanah terjadi.

Kasbani mengatakan sosialisasi kepada masyarakat lebih ditingkatkan lagi, untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah.

"Masyarakat setempat diimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah atau BPBD setempat," sebut Kasbani. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya