Pemprov Jateng Raih Penghargaan TPID, Menko dan Gubernur BI Puji Kinerja Ganjar Pranowo

Menkop Airlangga mengatakan kalau inflasi bisa dikontrol dengan baik maka perlu diikuti pemerintah-pemerintah daerah yang lain.

oleh stella maris diperbarui 22 Okt 2020, 20:12 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 20:02 WIB
Pemprov Jateng
Pemprov Jateng.

Liputan6.com, Jakarta Pemprov Jawa Tengah menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2020 di Kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta, Kamis (22/10). Dalam acara tersebut, Pemprov Jateng pun berhasil sabet penghargaan keempat kalinya. 

Ya, Pemprov Jateng mendapat penghargaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Award wilayah Jawa-Bali, mengalahkan DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Lagi-lagi, Jawa Tengah berhasil menjadi provinsi terbaik pengendali inflasi daerah dan mengantongi penghargaan ini sejak 2015.

Gubernur Ganjar Pranowo saat ditemui usai penghargaan mengatakan bahwa prestasi ini buah dari sinergi dan koordinasi segenap TPID, baik dari Bank Indonesia maupun pemerintah kabupaten/kota dalam menjaga inflasi di Jawa Tengah.

“Termasuk bantuan dari forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) sehingga aman, orang mau berusaha juga gampang. Termasuk jika ada indikasi dan potensi pidana pada volatile food, kepolisian langsung bergerak dengan cepat. Inilah peran-peran tim pengendali inflasi yang berperan penting,” kata Ganjar.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, langkah yang dilakukan Pemprov Jawa Tengah dalam mengendalikan inflasi perlu ditiru pemerintah daerah lainnya di Indonesia. “Kalau inflasi bisa dikontrol, ini baik, maka perlu diikuti pemerintah-pemerintah daerah yang lain,” kata Airlangga.

 

Kantongi Pujian Gubernur BI

Untuk diketahui, acara ini juga dihadiri Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Koperasi dan UKM, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengapresiasi Provinsi Jateng yang berhasil mengendalikan tingkat inflasi, salah satunya dengan mengembangkan model bisnis yang memajukan kelompok petani bawang merah di Brebes.

Menurut Perry, model bisnis yang dikembangkan di klaster petani tersebut telah meningkatkan nilai tambah produk bawang merah, memperluas akses pembiayaan, serta membantu pemasaran produk-produk bawang merah, baik melalui platform digital di dalam negeri hingga menembus pasar luar negeri.

“Sejumlah model bisnis yang berhasil dikembangkan ini tentu dapat direplikasi di daerah-daerah lainnya,” kata Perry.

Terkait apresiasi itu, Ganjar mengatakan, pihaknya sudah cukup lama melakukan pendataan digital terkait produktivitas petani bawang merah di Brebes. “Pekerjaan kami selama beberapa tahun mungkin baru hari ini kelihatan. Ternyata itu bisa dilakukan untuk mengendalikan pangan kita. Memang ketika pendataan digitalnya bagus, kita akan bisa mengelola dan menghitung dengan baik, termasuk mengetahui plus minusnya,” jelas Ganjar.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya