Liputan6.com, Padang - Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden Joko Widodo karena berhasil melakukan testing (pemeriksaan) sampel Covid-19 terbanyak per harinya, untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19 di wilayah setempat.
Prestasi tersebut tetap dipertahankan Pemprov Sumbar, setidaknya sampai Minggu (15/11/2020). Namun, berbeda dengan kondisi dua hari terakhir, angka pemeriksaan sampel Covid-19 menurun drastis selama pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) Nasional Ke XXVIII.
Pemeriksaan sampel Covid-19 Sumbar mengendur dari sebelumnya bisa mencapai 3.000 sampel per hari, menjadi 400 sampel pada Senin (16/11) dan Selasa (17/11) berdasarkan data Satgas Covid-19 Sumbar.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Biro Humas Sumbar, Hefdi membantah penurunan pemeriksaan sampel tersebut karena adanya pelaksanaan MTQ Nasional XXVIII di Sumbar selaku tuan rumah. Dia menyebutkan, pemerintah tidak pernah membatasi jumlah sampel yang diperiksa setiap hari, apalagi bila dikaitkan dengan pelaksanaan MTQ Nasional.
"Mungkin hari itu kebetulan memang hanya 400 sampel yang masuk. Jadi hanya sebanyak itu yang diperiksa di Laboratorium Unand," kata Kepala Biro Humas Sumbar, Hefdi.
Menurutnya berdasarkan informasi dari Laboratorium Unand, beberapa hari terakhir sudah terjadi penurunan penyebaran kasus COVID-19 harian di daerah itu.
Saksikan Juga Video Pilihan Berikut Ini:
Perkembangan Covid-19 di Sumbar
Berdasarkan data yang dimuat di halaman corona.sumbarprov.go.id, total kasus Covid-19 yang terkonfirmasi positif per Selasa (17/11/2020) adalah 17.486 orang dari 239.100 jumlah orang yang diperiksa.
Dari jumlah tersebut, 14.677 orang atau 83.9 persen di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Sementara sisanya, 409 orang dirawat di RS rujukan, 1.776 orang atau 10,2 persen isolasi mandiri, 256 orang isolasi.
Hingga Minggu kedua November 2020, sudah 368 orang warga Sunbar yang meninggal dunia akibat Covid-19.
Angka positivity rate (PR) Sumbar juga meningkat setiap pekannya, kini sudah berada pada angka 7,31 persen. Tentu saja angka tersebut sudah jauh melampaui batas aman wilayah yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni maksimal 5 persen.
Angka itu juga bisa dijadikan indikator untuk melihat kemampuan daerah dalam mengendalikan Covid-19. Makin tinggi angkanya, terindikasi daerah kurang mampu mengendalikan COVID-19.
Advertisement