NU Banyumas Bicara Soal Stigma Negatif ke Pesantren Terpapar Covid-19

COVID-19 ini kerap justru jadi fitnah. Kalau ada orang kena, lembaga, pesantren, yang ada justru stigma negatif

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2020, 19:00 WIB
sosialisasi 3M di Pesantren
Para santri saat sosialisasi 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak) di Ponpes Daarul Rahman, Jakarta, Rabu (18/11/2020). Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya 3M dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Banyumas - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyatakan terinfeksi COVID-19 bukan aib sehingga jangan jadi sumber fitnah.

COVID-19 merupakan masalah bersama dan diharapkan tidak menjadi fitnah karena klaster penyebarannya sudah masuk ke semua lini tanpa pandang bulu.

"Kami menyatakan prihatin dengan tingginya persebaran COVID-19 akhir-akhir ini. Dalam konteks klaster, COVID-19 juga sudah menyebar ke semua lini, benar-benar tak pandang bulu," kata Ketua PCNU Kabupaten Banyumas H Sabar Munanto dalam keterangan pers di Purwokerto, Banyumas, Jumat, dikutip Antara.

Terkait dengan kondisi terkini di Kabupaten Banyumas, dia mengatakan perlu kesadaran bahwa COVID-19 merupakan masalah bersama.

Oleh karena itu, kata dia, dalam kondisi kasus tinggi dan meningkat, maka semua pihak menjadi garda depan.

"Sudah jadi masalah bersama dan harus ditangani bersama," katanya, menegaskan.

Menurut dia, penekanan tersebut menjadi penting mengingat sebelumnya jika bicara COVID-19, masyarakat selalu terfokus pada kinerja satgas, tenaga medis, atau kepala daerah.

Padahal sejak adanya pandemi, kata dia, program pemerintah pusat, provinsi, dan daerah sudah banyak membekali masyarakat.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Keterlibatan Nahdliyin dalam Pencegahan Covid-19

"Sosialisasi apa itu COVID-19, bagaimana penularannya, pencegahannya, isolasi mandiri, semua sudah. Secara ekonomi, bansos juga sudah digelontorkan. Ada program jogo tonggo, jogo santri, jiwong jiga, maka sekarang saatnya semua masyarakat aktif dan terlibat," katanya.

Sabar mengatakan kesadaran tersebut harus dibangun dan dijalankan mengingat masih ada beberapa gelintir masyarakat atau pihak yang memandang COVID-19 sebagai aib.

Menurut dia, COVID-19 itu sendiri justru kalah bahayanya dengan "stigma negatif" yang justru diterima dari lingkungan atau masyarakat, padahal pandemi tersebut merupakan masalah bersama.

"Fakta di lapangan juga membuat kita prihatin, COVID-19 ini kerap justru jadi fitnah. Kalau ada orang kena, lembaga, pesantren, yang ada justru stigma negatif. Sudah kita tegaskan, COVID-19 ini bukan aib, jangan jadi fitnah," katanya menegaskan.

Lebih lanjut, dia mengatakan NU Banyumas juga terus ikhtiar menjadi garda depan dengan jutaan warga yang dimiliki.

Selain sosialisasi, kata dia, NU Banyumas juga melakukan gerakan nyata penerapan protokol kesehatan sebagai implementasi "new normal", berupa kebiasaan menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun, hingga mengurangi kerumunan berlebihan baik jumlah atau durasinya.

"Nahdliyin (warga NU, red.) tersebar di seluruh wilayah Banyumas. Kami ikhtiar melalui pengurus di 27 kecamatan dan kurang lebih 330 desa/kelurahan supaya taat protokol kesehatan. Bukan karena diperintah, tapi menjadi gaya hidup baru," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya