Liputan6.com, Makassar - 400 pasukan dari Yon Armed 6/3 Kostrad harus menjalani latihan berat sebelum diberangkatkan ke perbatasan Republik Indonesia-Republik Demokratik Timor Leste. Ratusan prajurit TNI terlebih dahulu menjalani latihan pemantapan selama 12 hari di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.Â
"Saya harap semua prajurit bersungguh-sungguh dalam latihan ini. Ini adalah momentum kalian membuktikan diri, bahwa kalian layak mengabdi kepada masyarakar sebagai prajurit TNI," kata Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) 3/Darpa Cakti Yudha, Mayjen TNI Wanti Waranei F. Mamahit, saat menjadi inspektur upacara latihan pratugas Mako Yon Armed 6/3 Kostrad, Selasa (12/1/2021).Â
Advertisement
Baca Juga
Wanti Waranei berpesan agar seluruh prajurit bersungguh-sungguh dalam menjalani latihan. Hal ini dimaksudkan, supaya prajurit tidak lagi kebingungan saat berada di lokasi tugas nanti.Â
"Lebih baik kita mandi keringat saat latihan, dari pada mandi darah di medan perang. Sebab, ini semua kita lakukan untuk menjaga keutuhan NKRI yang sangat kita cintai ini," tegasnya.
Terpisah, Komandan Batalyon Armed (Danyonarmed) 6/3 Kostrad, Mayor Arm Andang Radianto, S.A.P, mengatakan bahwa 400 prajurit menggunakan 24 truk dan dikawal oleh dua unit kendaraan Polisi Militer (PM) menuju lokasi latihan. Mereka bakal menjalani latihan pra tugas selama 12 hari dan bakal melakukan sejumlah simulasi.
"Kita akan melakukan simulasi persis seperti yang akan kita lakukan di perbatasan nanti. Kita latihan mengecek patok perbatasan menggunakan GPS, latigan teritorial seperti mengajar di SD, melakukan pengobatan massal, juga bakti sosial seperti sunat massal," kata Andang.
Andang menuturkan berbagai tugas prioritas mereka bakal dipraktikkan dalam latihan. Semua pemahaman dan kemampuan prajurit harus dipastikan tuntas dalam latihan agar persoalan yang diglhadapi di perbatasan nantinya bisa diselesaikan dengan baik.
"Kita tentu memastikan, hasil dari latihan ini, nantinya prajurit tahu betul dalam menangani persoalan patok perbatadan. Mereka paham bagaimana menyelesaikan, berkoordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan undang-undang," tambahnya.
Meskipun tugas pokok ratusan prajurit TNI itu adalah menjaga patok perbatasan agar tifak bergeser, juga membuka gerbang perbatasan, tetapi program-program penanganan narkoba, ilegal logong, human traffiking, sampai pada kesejahteraan masyarakat perbatasan, juga turut menjadi tanggung hawab mereka.
"Selain itu, menyelesaikan barang selundupan, narkotika, pengungsi ilegal, harus mampu mereka diselesaikan. Juga bagaimana kita meningkatkan taraf hidup masyarakat di sana," tutup Andang.