Liputan6.com, Kendari - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara melepasliarkan seekor buaya di Sungai Roraya Taman Nasional Rawa Aopa Kabupaten Konawe Selatan, Kamis (20/5/2021) sekitar pukul 15.30 Wita. Buaya betina ini panjangnya 2,30 meter dengan lebar 40 sentimeter.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra La ode Kaida mengatakan, awalnya, Kepala BKSDA Sulawesi Tenggara Sakrianto Djawie mendapat laporan warga soal penangkapan hewan ampibi itu.
Dalam laporan itu, salah seorang warga di Desa Teppoe Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana berhasil menangkap seekor buaya liar Rabu (19/5/2021) sekitar pukul 01.00 dini hari.
Advertisement
Baca Juga
"Kepala kantor kemudian memerintahkan agar dievakuasi, anggota kemudian menuju dan mengevakuasi untuk pelepasan ke alam liar," ujar La Ode Kaida, Kamis (20/5/2021).
Saat proses pelepasliaran, ada lima orang anggota BKSDA Sulawesi Tenggara, bersama anggota TNI setempat dan warga yang menemukan. Buaya yang sudah dalam kondisi terikat dan tertutup matanya, dibawa ke pinggir sungai dan dilepaskan.
Proses ini, memakan waktu beberapa lama usai buaya dievakuasi dari permukiman. Petugas, kemudian mencari lokasi pinggir sungai yang sesuai, melepas tali yang mengikat tubuh buaya.
"Sudah dilepaskan, kami berharap habitatnya yang baru bisa membuat buaya berkembang biak dengan baik," ujar La Ode Kaida.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Ditangkap di Empang
Warga yang menemukan, Erlis, mengungkapkan menangkap buaya saat tengah malam. Saat itu, seperti biasa, dia mengecek empangnya.
Menggunakan senter, dia memergoki seekor buaya tengah berada di dalam empang. Sempat panik, dia kemudian mengambil sebatang kayu bercabang dan menangkap buaya.
Dengan dibantu warga lainnya, dia kemudian mengikat buaya. Keesokan harinya, dia mencari kontak BKSDA dan menyerahkan buaya tangkapannya.
Salah seorang warga Teppoe, Amir mengatakan, di desanya, warga kerap menjumpai buaya berkeliaran di sungai. Namun, warga memilih tak menggangu.
"Di sini kan habitat mereka, jadi warga takut nanti kalau dibunuh atau dilukai, ke depan mereka bisa dendam dan membalas," ujar Amir.
Advertisement