Liputan6.com, Pekanbaru - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau menyoroti materi ujian salah satu sekolah dasar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, yang diduga disusupi kampanye negatif sawit. Pihak terkait diminta menindaklanjuti agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
"Gapki Riau menyayangkan hal ini jika memang benar ada pertanyaan dalam naskah ujian yang mengandung sentimen negatif terhadap kelapa sawit, semoga kejadian serupa tidak terulang lagi," kata Ketua Gapki Riau, Jatmiko K Santosa di Pekanbaru, Selasa malam, 9 Juni 2021.
Advertisement
Baca Juga
Jatmiko menyatakan kelapa sawit dan produk turunannya telah menjadi penyelamat ekonomi Indonesia di tengah badai pandemi Covid-19. Ekspor sawit Indonesia meningkat saat pandemi dan menjadi penyumbang terbesar devisa negara.
Sepanjang 2020, ekspor sawit mencapai USD21 miliar atau menyumbang 13,5 persen terhadap total ekspor nonmigas atau 12,86 persen dari total ekspor Indonesia. Industri kelapa sawit juga terbukti berkontribusi menuntaskan kemiskinan karena menciptakan 16 juta lapangan kerja.
"Sangat disayangkan jika kampanye negatif sawit juga terjadi dari dalam negeri dan menyentuh pendidikan dasar," kata pria yang menjabat Chief Executive Officer PTPN V itu.
Dia mengajak semua pihak bersinergi dan menunjukkan hal positif dari sawit karena terbukti mampu mengangkat ekonomi masyarakat. Gapki Riau, sambungnya, juga akan mengadakan edukasi bagi stakeholders termasuk dunia pendidikan.
"Semoga ke depan kita dapat bersama-sama menjaga sumber penyumbang devisa negara ini dari berbagai kampanye hitam," tuturnya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Mahasiswa Ikut Kecam
Sebelumnya dugaan kampanye negatif salah satu komoditas unggulan Indonesia, kelapa sawit, ditemukan menjadi materi ujian di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Materi ujian kampanye negatif ini juga mendapat respon keras dari mahasiswa karena dinilai sistematis dengan menyasar anak-anak sekolah. Mahasiswa menyatakan tanaman palma dan produk turunannya itu telah menjadi bagian dari penyumbang devisa terbesar negara di tengah pandemi Covid-19.
"Kami protes keras soal ujian disalah satu SD di Riau yang mendiskreditkan sawit, itu bahaya, kalau anak sekolah dasar pun telah dicekoki hal semacam itu," kata Amir Aripin Harahap, Ketua DPP Forum Mahasiswa Sawit (Formasi) Indonesia.
Aripin menjabarkan pertanyaan dalam kertas ujian SD tersebut berada pada nomor urut 17 dengan jenis soal pilihan ganda.
Pertanyaan dalam lembar kerta ujian itu berbunyi "Dampak negatif interaksi manusia dengan lingkungan pada perkebunan kelapa sawit adalah...? A. Meningkatkan lapangan pekerjaan, B. Meningkatkan pembangunan daerah, C. Berkurangnya sumber daya air, dan D. Pemukiman penduduk semakin banyak.
Aripin menyatakan cukup banyak penelitian yang mementahkan bahwa sawit merupakan tanaman boros air. Stigma itu merupakan bagian dari kampanye negatif yang diembuskan pihak tertentu, termasuk menuduh bahwa sawit tidak ramah lingkungan.
"Begitu banyak penelitian yang jelas menunjukkan sawit adalah tanaman yang efesien dalam pemanfaatan air dibandingkan dengan kelapa, kedelai, jagung, bahkan rapeseed sekalipun, yang merupakan bahan baku minyak nabati dominan di Eropa," tuturnya.
Advertisement