Liputan6.com, Kendal - Di tengah pandemi Covid-19, keterpurukan ekonomi rakyat nyaris menjadi keniscayaan. Jika tak pandai mencari celah membangun kesejahteraan maka rakyat lah yang paling menderita.
Salah satu pemuda yang sangat merasakan dampak lemahnya ekonomi dalam situasi pandemi ini adalah Verry Khoirul Mizam (28) atau yang akrab disapa Go Fear. Dengan segala keterbatasan ia berusaha bangkit mendirikan kebun hidroponik di kampungnya, Desa Genting Damarjati, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
Advertisement
Baca Juga
Lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di Semarang ini mengawali perjuangannya di bidang ketahanan pangan dengan berpartisipasi mendirikan kebun hidroponik. Langkahnya tersebut juga sebagai sebuah bentuk kepedulian untuk mengurangi angka pengangguran di masa sulit pandemi Covid-19.
“Saat terjadi pandemi Covid-19,banyak teman-teman yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Semuanya terpuruk. Nah bagaimana caranya bisa bangkit lagi, kita membuat agrowisata hidroponik,” kata Go Fear yang semasa kuliah menempuh jurusan biologi, Selasa (29/6/2021).
Go Fear adalah salah satu sosok yang meyakini bahwa sejauh apapun burung terbang maka ia kembali ke sarang. Ia ingin mengabdikan ilmu di tanah kelahirannya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Sanggar
Selain mendalami pertanian modern hidroponik, pemuda murah senyum yang menekuni teater ini juga membuat sanggar kecil yang diberi nama Sanggarejo.
Di sanggarnya itu, Go Fear mendidik dan membekali anak-anak di desanya dengan berbagai macam aktivitas kesenian sekaligus memupuk kecintaan mereka terhadap lingkungan.
Pelan namun pasti, Go Fear terus berinovasi dan mengembangkan kebun hidroponik dengan memanfaatkan lahan miliknya. Tak ingin berjuang sendiri, maka pun mengajak pemuda kampungnya belajar pertanian hidroponik.
Harapannya agar para pemuda sebagai generasi penerus bangsa tak melulu tergiur iming-iming hidup di kota yang gemerlap.
"Hasilnya lumayan juga, kami menanam selada. Sementara hasil panen baru 40 kilogram per hari," ujar Go Fear.
Advertisement
Pendidikan Berbasis Alam
Konsep Agro Wisata Hidroponik yang digagas oleh Go Fear ini berdiri di lahan seluas 1.000 meter persegi. Agar edukasi pertanian makin efektif dan efisien maka para pengelolanya membuat MoU dengan salah satu lembaga pendidikan setempat untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis alam.
Program tersebut rencana mulai dibuka pada tahun pelajaran baru yang dimulai Juli 2021.
Adapun sasarannya yakni para pelajar usia PAUD , SD dan SMP, agar mereka mempunyai wawasan bertani. Sembari menunggu anak- anaknya belajar cara bercocok tanam , para orang tua dapat menikmati wisata petik buah dan sayur yang bisa langsung dikonsumsi atau diolah di lokasi.
"Selain pertanian tradisional, di sini juga diajarkan pertanian modern, hidroponik ini," kata Go Fear.
Go Fear berharap agar sektor perekonomian Indonesia bisa bangkit lagi di masa pandemi. Pandemi segera berakhir dan kehidupan kembali normal seperti sediakala.
"Kita harus segera bangkit. Jangan malas dan takut mencoba," tutup Go Fear.