Saat Kemilau Jengkol Mengalahkan Daging Ayam di Garut, Kok Bisa?

Meski punya bau yang tak sedap, jengkol makin digemari masyarakat di Garut, bahkan harganya lebih mahal dari daging ayam.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 26 Jul 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2021, 14:00 WIB
Saat ini harga jengkol bertahan di angka Rp 40-50 ribu per kilogram, mengguli ayam yang hanya Rp 25-30 ribu per kilogram. Sementara jika pasokan seret, harganya bisa melonjak hingga dua kali lipat.
Saat ini harga jengkol bertahan di angka Rp 40-50 ribu per kilogram, mengguli ayam yang hanya Rp 25-30 ribu per kilogram. Sementara jika pasokan seret, harganya bisa melonjak hingga dua kali lipat.(Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Meskipun memiliki aroma tak sedap, harga jengkol di Garut, Jawa Barat, hingga kini masih mengungguli harga daging ayam. Tingginya permintaan dan minimnya pasokan jadi biang keladinya.

Enjang (50), salah satu pedagang komoditas pertanian di pasar induk Ciawitali mengatakan, pamor komoditas jengkol memang tidak pernah pudar.

Meskipun menghasilkan aroma tak sedap, namun peminatnya tidak pernah sepi. "Biasanya kalau barang kosong sama sekali bisa sampai Rp 80 ribu per kilogram," katanya, Minggu (25/6/2021).

Saat ini harga jengkol bertahan di angka Rp40-50 ribu per kilogram, mengguli ayam yang hanya Rp25-30 ribu per kilogram. Sementara jika pasokan seret, harganya bisa melonjak hingga dua kali lipat.

"Saya sendiri kurang begitu faham (lonjakan harga), cuma memang jengkol dibutuhkan pembeli," ujarnya.

Menurut Enjang, harga komoditas buah Pithecellobium lobatum Benth atau A. Jiringan, Pithecellobium jiringa, dan Archindendron Paciflorum tersebut, memang terbilang tinggi dibanding daging ayam ayam. Kondisi ini bahkan sudah berlangsung lama, tanpa ada perhatian dari pemerintah.

"Kalau dulu masih turun naik dengan harga daging ayam, kadang dibawah, kadang diatas harga ayam, sekarang sudah stabil mengungguli harga daging ayam," kata Enjang.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Minim Pasokan

Meskipun memiliki bau yang tak sedap, namun kilau harga jengkol justru lebih tinggi dan stabil mengungguli harga daging ayam sekalipun.
Meskipun memiliki bau yang tak sedap, namun kilau harga jengkol justru lebih tinggi dan stabil mengungguli harga daging ayam sekalipun. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Minimnya pasokan yang disebabkan musim panen jengkol yang terbilang singkat, diduga menjadi salah satu penyebabnya. Sehingga dibutuhkan pola budidaya yang lebih berkelanjutan.

"Panen jengkol tidak sama dengan pertanian lain, kadang melimpah kadang malah gagal panen karena serangan hama, padahal musim panennya setahun sekali," ujarnya.

Dengan kondisi ketidakpastian apsar itu ujar dia, tak mengherankan, harga jengkol masih terbilang tinggi. "Jika pasokan tidak ada, kami kadang tidak mendapatkan jatah dan tidak menjualnya," kata dia.

Sepeeti diketahui, buah jengkol merupakan salah satu makanan yang cukup digemari di Indonesia. Meskipun memiliki baubtak sedap, namun peminatnya tetap tinggi.

Sejatinya tanaman berakar tunggal ini tersebar luas Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Selain bisa meningkatkan nafsu makan, ternyata jengkol memiliki senyawa aktif yang bermanfaat bagi tubuh.

Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam jengkol yakni glikosida, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A dan B1, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid, hingga tanin. Walhasil, meskipun memiliki bau tak sedap, ternyata menyimpan kaya nutrisi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya