Liputan6.com, Ende - Kesulitan sinyal membuat anak-anak kerap terkejut, karena saat terhubung dengan internet, ternyata tugas dari guru sudah menumpuk. Belajar di rumah kian rumit jika hujan turun, karena anak-anak tak bisa mencari sinyal akibat jalanan hutan yang licin untuk dilalui.
Setiap hari mereka terpaksa berkumpul di hutan dan tidak bisa belajar di rumah masing-masing. Belajar di hutan tentu harus waspada, karena ada banyak serangga dan mungkin saja hewan liar yang menganggu.
Kondisi serba sulit ini dialami siswa di Desa Aendoko Kecamatan Wewaria Kabupatem Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka rela menyusuri hutan untuk menggapai Kali Lowolaka sejauh 800 meter agar bisa mendapatkan sinyal internet.
Advertisement
Baca Juga
Risna, warga Aendoko, siswa SMA di kota Ende, ditemui awak media sedang mencari sinyal di Kali Lawolaka, Jumat (6/8/2021). Dia mengakui hanya di Kali lowolaka yang ada sinyal. Itu pun hanya satu titik saja, kalau kita pindah pasti sinyal sudah hilang.
"Di masa pandemi Covid-19 ini, kami para siswa dituntut untuk belajar dari rumah melalui jaringan internet atau belajar Daring, tetapi didesa kami belum memiliki jaringan internet," ucap dia.
“Walaupun jauh kami terpaksa harus jalan untuk mencari sinyal, sehingga tugas yang diberikan oleh sekolah setiap hari bisa kami kerjakan, untuk bisa mendapatkan nilai yang baik,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kata Pak Kades
Ia berharap agar pemerintah setempat membangun infrastruktur memadai agar mereka bisa menikmati akses internet dengan lancar dan tidak perlu lagi mencari sinyal jauh ke dalam hutan dan kali.
"Kami minta pemerintah bisa bantu wilayah kami dengan tower telkomsel supaya kami bisa dapat jaringan seperti desa lain," ujarnya.
Sementara, Kepala Desa Aendoko Kecamatan Wewaria, Vincentius Agustinus Kami yang ditemui ditemui awak media, Jumat (6/8/2021) di Ende membenarkan kondisi ketiadaan jaringan di wilayahnya.
"Ya benar, di desa saya tidak ada sinyal. Hanya ada satu titik di Kali Lowolaka yang ada sinyal. Di tempat itu puluhan siswa gunakan sekolah daring,” kata Agustinus Kami.
Dia menjelaskan, pada tahun 2021 pihaknya mendapatkan program pembangunan akses internet yang dibangun oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) bekerja sama dengan Pemkab Ende, namun kegiatan belum dimulai.
"Semoga masalah ini dapat terselesaikan kalau sudah bangun internet desa ini, maka untuk kebutuhan internet bagi warga dan khususnya bagi anak-anak sekolah yang belajar daring tidak lagi kehutan untuk mencari sinyal, tetapi mereka bisa mengerjakan tugas melalui internet dari rumah," ucapnya.
Advertisement