Liputan6.com, Batam - Jaringan perdagangan manusia (human trafficking) berkedok pengiriman Pekerja Migran Indonesia sukses diungkap Tim Satgas penegak hukum (Gakum) misi Kemanusiaan Pencegahan Perdagangan Orang Mabes Polri bersama Subsatgas Misi Kemanusiaan Polda Kepri.
Polisi langsung menangkap transporter penyedia Speed Boat yang dimanfaatkan untuk mengirim Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal. Speedboat tersebut tenggelam dihantam cuaca buruk di perairan Kota Tinggi Johor Bahru, Malaysia, Rabu (15/12/21). 21 Pekerja Migran Indonesia tewas dan sebagian jenazahnya masih ditahan di Malaysia.
Kepala Bidang Humas Polda Kepri, Kombes Pol Harry Goldenhart mengatakan otak pengiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal adalah Susanto alias Acing. Ia ditangkap di Jalan Lobam, Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri, Minggu (2/1/22).
Advertisement
Baca Juga
"Ia adalah pemilik kapal dan pengendali penyelundupan PMI Ilegal ke Malaysia," kata Harry.
Selain memiliki kapal dan speedboat, Susanto juga memiliki lokasi pemberangkatan dan penampungan sementara para PMI ilegal di Sungai Gentong, Uban. Ketika ditangkap, polisi menyita rekening koran atas nama Z, istrinya.
“Polisi akan membongkar tuntas bukan hanya di bagian hilir saja. Polda Kepri juga akan berkoordinasi dengan Polda korban berasal. Ini akan menjadi konsep pengungkapan bersama operasi satgas misi kemnusiaan,“ kata Harry.
Susanto akan dijerat dengan pasal 4, pasal 7 UU 21/2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Selain itu juga akan dijerat dengan pasal 81 dan pasal 83 UU 18/2017 tentang perlindungan pekerja migran. Sebagai pemberat karena ini merupakan kejahatan luarbiasa, polisi akan menambahkan pasal pencucian uang yang diatur dalam UU 8/2010.
Sementara itu, Dirkrimum Polda Kepri Kombes Pol Jefry Ronald Siagian mengatakan dalam operasinya Susanto melibatkan banyak pihak.
“Semua ia sediakan, namun untuk merekrut ia minta bantuan orang lain di wilayah asal PMI tersebut,” kata Jefry.
Setelah si perekrut berhasil mengumpulkan hingga mencapai 80 orang korban, baru mereka menghubungi Susanto untuk pengiriman ke Malaysia.