Pelaku Usaha di Garut Utara Menjerit Stok Minyak Goreng Kosong 3 Hari

Pendistribusian minyak goreng di wilayah Garut belum merata. Saat ini, sebagian besar daerah Garut Kota sudah mendapatkan pasokan minyak goreng cukup, tetapi ada wilayah lain belum mendapat pasokan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 23 Mar 2022, 08:16 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2022, 08:00 WIB
Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono melakukan sidak kelangkaan minyak goreng di Pasar Lewo Malangbong Garut, Jawa Barat.
Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono melakukan sidak kelangkaan minyak goreng di Pasar Lewo Malangbong Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pelaku Usaha Mikro Kelas Menengah (UMKM) di wilayah Garut bagian utara, Jawa Barat, menjerit, setelah dalam tiga hari terakhir, belum mendapatkan pasokan minyak goreng (migor) dari pihak agen penyalur.

"Ya untuk distribusi wilayah Malangbong ini sekarang masih kosong, nanti kita akan pastikan kenapa terjadi kekosongan, nanti akan kita cek di supplier di Garut," ujar Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono, dalam sidak lapangan di Pasar Lewo, Kecamatan Malangbong, Selasa (22/3/2022).

Menurutnya, pendistribusian minyak goreng di wilayah Garut belum merata. Saat ini, sebagian besar daerah Garut Kota sudah mendapatkan pasokan minyak goreng cukup, tetapi wilayah lainnya belum.

"Makanya kami melakukan pengecekan di luar Kota Garut seperti di Pasar Lewo ini untuk memastikan apakah distribusinya sudah tepat terjadinya pemerataan," kata dia.

Saat disinggung apakah mulai terjadinya penimbunan akibat tidak meratanya pendistribusian. Wirdhanto menyatakan sampai saat ini belum menemukan indikasi itu. "Tapi kami pastikan dari kepolisian tidak ada penyelewengan minyak goreng," ujar dia.

Makmur, salah seorang pemilik grosir di wilayah Pasar Lewo Malangbong mengharapkan apa yang dikatakan pihak polisi, benar adanya. Menurutnya, dalam waktu tiga hari ini pasokan minyak goreng untuk Pasar Lewo terbilang seret.

"Biasanya kami dapat kiriman dari agen Garut, atau kadang dari Bandung, kini belum mendapat lagi pasokan," kata dia.

Menurutnya, sejak dicabutnya patokan harga eceran tertinggi (HET) oleh pemerintah, pasokan minyak goreng di wilayah Garut Utara terbilang minim, sehingga menyusahkan para pelaku usaha.

"Terakhir hari Sabtu lalu kontak ke si bos di Garut, katanya Selasa (pasokan datang), tetapi hingga kini belum ada juga," kata dia.

Tak ayal puluhan jeriken dan drum minyak goreng yang ada di dalam gudang miliknya hingga kini masih kosong tak terisi. "Silakan Bapak cek sendiri, kami belum mendapatkan pasokan lagi," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Kecilkan Ukuran Jualan

Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono melakukan sidak kelangkaan minyak goreng di salah satu gudang sembako dekat Pasar Malangbong Garut, Jawa Barat.
Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono melakukan sidak kelangkaan minyak goreng di salah satu gudang sembako dekat Pasar Malangbong Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kondisi serupa dialami Imas, pemilik toko grosir di Pasar Malangbong Garut. Menurutnya, sudah tiga hari pasokan barang dari agen minyak goreng Garut kota belum datang. "Saya sudah tidak memiliki pasokan lagi baik curah maupun kemasan," kata dia.

Ia menyatakan terakhir kali mendapatkan pasokan minyak goreng curah pada Sabtu (19/3/2022), lalu dari salah satu agen minta di Garut dengan harga Rp16 ribu, tetapi hingga kini belum datang lagi.

"Saya sudah pesan sejak kemarin, tapi katanya lagi kosong, ya sudah kami nunggu saja," kata dia.

Bondan, salah seorang penjual ayam goreng di kawasan Pasar Malangbong, mengatakan untuk menyiasati kelangkaan minyak goreng, ia terpaksa mencampur minyak goreng kemasan dan curah.

"Daripada kami tidak jualan, ya lebih baik campur saja," ujar dia.

Saat ini, rata-rata harga minyak goreng kemasan yang dijual di sekitar pasar Malangbong yakni Rp21-26 ribu per liter, sementara minyak goreng curah berkisar di angka Rp 19-21 ribu per liter.

"Saya terakhir hari Senin kemarin beli Rp 52 ribu kemasan dua liter itu pun sulit, hari ini belum beli sebab belum ada lagi," kata dia.

Sementara itu, Dedi, penjual gorengan di Pasar Lewo, Kecamatan Malangbong terpaksa mengecilkan ukuran gorengan yang ia jual, untuk menyiasati penjualan. "Daripada langganan tidak ada, kami terpaksa mengecilkan ukuran," kata dia.

Saat ini, harga jual gorengan masih Rp500 per buah, sehingga kenaikan minyak goreng cukup memukul pendapatannya. "Sangat terasa sekali kehilangan keuntungan, sebab harga minyak cukup mahal dan juga sulit didapat," kata dia meradang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya