Keren, Lumajang Kini Punya Co-working Space di Perpustakaan

Masyarakat Lumajang kini bisa menikmati fasilitas co-working space yang mendukung tumbuhnya kesadaran menjadi masyarakat pembelajar.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 26 Apr 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2022, 07:30 WIB
Kolaborasi
Ilustrasi Co-working Space

Liputan6.com, Lumajang - Pengukuhan Wakil Bupati Lumajang Indah Masdar sebagai Bunda Literasi merupakan langkah strategis dalam menciptakan role model pembangunan sumber daya manusia berdaya saing.

Dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) Kabupaten Lumajang, Senin siang (25/4/2022), Indah mengatakan, seorang ibu memang punya peran melahirkan generasi cerdas sekaligus tantangan menumbuhkan kecintaan membaca sejak dini. Pahami mereka karena setiap anak memiliki keistimewaannya sendiri.

"Jika terjadi kendala, cari akar masalahnya kenapa mereka enggan membaca," katanya.

Kegemaran membaca merupakan suatu kebiasaan yang amat positif. Membaca merupakan unsur penting dalam mencerdaskan bangsa. Karena itu, ketersediaan dan pemanfaatan perpustakaan dimana pun harus dimaksimalkan. Di sadari atau tidak, kemampuan membaca akan mendorong kreativitas dan inovasi masyarakat.

"Kedua hal tersebut menjadi pilar penting yang dapat menjamin kesuksesan daerah," tambahnya.

Perhatian pemerintah pusat terhadap perpustakaan juga tidak main-main. Bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan kepada daerah adalah bukti keseriusan. Tinggal bagaimana pemda meneruskan estafet pemanfaatannya. Tidak sekedar minta dibangun lalu miskin aktivitas pemberdayaan masyarakatnya didalamnya.

"Perpustakaan Nasional bersyukur dengan DAK 2,5 miliar yang diberikan pada tahun 2021, kini masyarakat Lumajang bisa menikmati fasilitas co-working space yang dapat mendukung tumbuhnya kesadaran menjadi masyarakat pembelajar," ujar Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Deni Kurniadi.

Meski demikian, kehadiran teknologi juga menjadi bagian penting menciptakan masyarakat yang berliterasi jika mampu digunakan dengan tepat.

"Handphone, misalnya. Selain sebagai alat berkomunikasi, kita bisa gunakan itu sebagai media mencari informasi yang berdampak kepada kesejahteraan seperti aplikasi I-pusnas yang sarat dengan bacaan ilmu terapan yang dapat langsung dipraktikkan," kata anggota Komisi X DPR-RI Muhamad Nur Purnamasidi.

Kuncinya, lanjut Purnamasidi adalah tetap melakukan sinergi dan kolaborasi. Sehingga, Perpusnas mau pun pemerintah daerah terus berkomitmen mewujudkan masyarakat maju dan berdaya saing.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Fenomena Coworking Space

Perpus Lumajang
Wakil Bupati Lumajang Indah Masdar bersama Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Deni Kurniadi dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) Kabupaten Lumajang. (Liputan6.com/ Ist)

Makin terbatasnya ruang kantor karena harga sewa yang mahal menjadi salah satu alasan munculnya banyak co-working space di Indonesia. Selain juga makin berkembangnya bisnis startup dan kelelahan banyak orang dengan pekerjaan yang mengikat.

Di Indonesia, fenomena kemunculan co-working space ditandai dengan berdirinya Asosiasi Co-working Indonesia. Yansen Kamto yang menjadi penasihat di Asosiasi Co-working Indonesia kepada Liputan6.com pernah mengatakan, saat ini sudah ada sekitar ratusan coworking space yang tersebar di lebih dari 20 kota di seluruh Indonesia.

Co-working Space menurut pandangan Yansen Kamto tidak sesederhana orang datang lalu buka laptop, pakai headset dan menikmati internet kencang. Tempat ini harus menjadi 'ruang kerja' bersama banyak orang, dengan memahami terlebih dahulu tujuannya masing-masing.

"Kalau memang ingin berinovasi atau menciptakan sesuatu, kita harus percaya inovasi itu hanya bisa lahir kalau berkolaborasi. Dan kolaborasi itu datang dari orang yang berbeda. Kebayang enggak sih, kalau kita di kantor, ketemunya wartawan lagi wartawan lagi, ya gitu-gitu aja. Tapi bayangkan di satu tempat ini wartawan bisa ketemu dengan orang PR (public relation), ketemu ahli perbankan, pengacara. Itu bisa macam-macam yang terjadi," ungkap Yansen Kamto.

Seseorang yang ingin bergabung dalam co-working space perlu punya pola pikir mau berkolaborasi, karena hanya dengan itu co-working space bisa berjalan. Namun demikian, banyak orang salah kaprah mengartikan tempat ini. Tak jarang orang datang hanya mengharap internet cepat. Datang tidak memberi apa-apa dan pulang tidak mendapat sesuatu apa pun. 

"Sayang kalau ke co-working space tidak punya modal apa-apa, dia minimal satu punya ide, dua kalau tidak punya ide dia harus punya skill. Terakhir yang paling ideal dia harus punya proyek. Jadi kebayang enggak, semua orang yang datang punya ide, punya skill dan punya proyek? Jadi kita kayak klinik spesial, mau datang kapan ketemu siapa, dan langsung bisa berkolaborasi dengan mereka," kata Yansen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya