Kisah Haru Imam Syafi’i Diminta Pulang Ibunya ke Makkah, Sempat Ditolak karena Bawa Ratusan Unta

Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i Al-Muththalibi Al-Qurasyi atau biasa dikenal Imam Asy-Syafi'i adalah seorang mufti besar sunni Islam dan pendiri mazhab Syafi'i. Kisah perjalanan Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu agama memang banyak hikmah yang dapat dipetik.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 11 Mei 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2022, 00:00 WIB
Masjidil Haram
Ribuan jemaah melakukan tawaf dan memadati sekitar Kakbah di Masjidil Haram, kota suci Makkah, Arab Saudi pada Rabu (7/8/2019). Kondisi Masjidil Haram menjelang puncak ibadah haji kian dipadati jemaah dari berbagai negara. (Photo by FETHI BELAID / AFP)

Liputan6.com, Denpasar - Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i Al-Muththalibi Al-Qurasyi atau biasa dikenal Imam Syafi'i adalah seorang mufti besar sunni Islam dan pendiri mazhab Syafi'i.

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah perjalanan Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu agama. Salah satunya saat ibu Imam Syafi’i yang merelakan anaknya untuk berjuang mencari ilmu.

Dikisahkan, guru Imam Syafi’i mengaku telah kehabisan bekal untuk mengajarkan Imam Syafi’i. Kemudian guru tersebut mengirimkan Imam Syafi’i ke Makkah lalu ke Irak.

"Syafi’i sudah habis ilmuku, pergi kau ke Madinah," kata gurunya seperti disampaikan oleh KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (10/5/2022).

Imam Syafi’i pamitan kepada ibunya. Ia meminta izin akan belajar agama ke Madinah lalu ke Irak. 

“Nak, berangkatlah kau menuntut ilmu. Ilmu itu jihad di jalan Allah. Kita ketemu nanti di akhirat saja,” kata ibu Imam Syafi’i.

Atas restu ibu dan gurunya, Imam Syafi’i mendalami ilmu agama di Madinah dan Irak. Ia tidak berani pulang karena belum diminta oleh ibunya.

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Menjadi Alim Besar

Di Iraq Imam Syafi’i menjadi seorang alim besar. Ketika ada rombongan dari Irak yang hendak melaksanakan ibadah haji, ibu Imam Syafi’i datang ikut haji juga.

Suatu ketika ada halaqah besar di Masjidil Haram. Ada seorang alim besar dari Irak. Alim besar itu sebentar-sebentar selalu mengutip perkataan Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i. 

Ibu Imam Syafi’i bingung dan bertanya tentang Muhammad bin Idris kepada alim besar itu.

“Ya syekh, siapa Imam Idris bin Syafi’i?” tanyanya.

Sang alim besar itu dengan penuh kebanggan menjawab, “Dia adalah guruku seorang alim dari Irak asalnya dari Makkah ini.” 

“Ketahuilah ya syekh, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i adalah anakku,” kata ibu Imam Syafi’i.

Setelah mengetahui perempuan itu adalah ibu Imam Syafi’i, maka saat itu juga orang-orang menghormatinya. 

“Pesanku untuk Syafi’i, kalau Syafi’i pengen pulang, Syafi’i boleh pulang,” katanya. 

Murid Imam Syafi’i itu menyampaikan pesan tersebut langsung ke Imam Syafi’i bahwa sudah diizinkan pulang oleh ibunya.

Tidak Boleh Pulang Jika Bawa Banyak Harta

Mendengar kabar tersebut, Imam Syafi’i langsung bergegas pulang. Orang-orang yang mencintainya memberikan banyak kekayaan. Ada yang memberi unta lengkap dengan isinya di punggung unta. Jadi, Imam Syafi’i pulang dengan membawa kekayaan.

Tidak hanya itu, dalam perjalanan pulangnya Imam Syafi’i dikawal oleh murid-muridnya. Sampai di batas Kota Makkah, Imam Syafi’i menyuruh muridnya untuk memberi kabar pada ibunya bahwa Imam Syafi’i sudah dekat. 

Murid tersebut lebih dulu ke Kota Makkah. Lalu mengetuk pintu rumah ibu Imam Syafi’i.

“Siapa ini?” tanya ibu Imam Syafi’i.

“Saya muridnya Imam Syafi’i,” jawab murid tersebut.. 

Murid tersebut memberi tahu bahwa Imam Syafi’i sudah di batas tapal Kota Makkah. Lalu ibu Imam Syafi’i mempertanyakan bawa apa anaknya.

Dengan penuh kebanggaan murid Imam Syafi’i bercerita bahwa gurunya membawa ratusan unta lengkap dengan isi di punggungnya.

“Aku menyuruh Syafi’i ke Irak bukan cari dunia. Katakan kepada Syafi’i, Syafi’i tidak boleh pulang ke rumah,” kata ibunya yang kemudian menutup pintu rumah..

Murid itu menyampaikan apa yang terjadi kepada Imam Syafi’i sambil bergetar.

“Imam Syafi’i ibumu marah,” katanya.

“Kenapa?” tanya Imam Syafi’i.

Murid itu menceritakan bahwa ibu Imam Syafi’i bertanya Imam Syafi’i membawa apa. Ia mengatakan gurunya membawa unta yang banyak.

“Salah, kamu jangan ngomong begitu. Baik sekarang aku panggil warga Mekah,” pinta Imam Syafi’i.

Harta Kekayaan Dibagikan ke Warga Makkah

Semua unta dan harta lainnya dibagikan kepada penghuni Kota Makkah. Imam Syafi’i menyisakan kitab-kitab saja.

Setelah itu, Imam Syafi’i meminta muridnya untuk kembali dan mengatakan bahwa dirinya hanya membawa kitab dan ilmu saja. Harta kekayaan yang dibawa sudah diberikan ke penghuni Kota Makkah.

“Ya sudah kalau begitu Syafi’i-nya aku tunggu,” kata ibu Imam Syafi’i setelah murid tadi kembali.

Dari kisah tersebut, Buya Yahya menyimpulkan bahwa ada dua hikmah yang dapat dipetik. Pertama, ibu yang baik tidak menjadikan anaknya sapi perah untuk mencari dunia dulu.

“Kedua, kalau ibu melepas anaknya sukarela ditemukan lagi oleh Allah di dunia. Ibunya Imam Syafi’i melepas karena Allah, dikembalikan lagi oleh Allah. Kalau ibu melepas anaknya karena Allah, dikembalikan lagi oleh Allah. Bakal dipertemukan di dunia dan akhirat. InsyaAllah,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya