Liputan6.com, Garut - Aktivis senior Hariman Siregar turun gunung berkumpul dengan puluhan Simpul Aktivis Angkatan (Siaga) 98 dan aktivis lintas generasi, dalam kemah aktivis lintas generasi di Garut, Jawa Barat.
“Heh mahasiswa bangkitlah, bangkitlah, tahu-tahu ini ada yang mau tiga periode, gak usaha ragu-ragu,” ujar dia dengan suara menggelegar, di objek wisata Sundaj Campfire di wilayah Perkebunan Dayruhmanggung, Cilawu Garut, Sabtu (18/06/2022).
Tokoh utama peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) tahun 1974 itu mengatakan, sudah saatnya aktivis pergerakan Indonesia, termasuk aktivis 98 yang menggulingkan rezim Soeharto, untuk kembali bersuara terhadap kesewenangan pemerintah saat ini.
Advertisement
“Jangan takut entah jadi apa, anak saya jadi apa, saya juga dari dulu gini-gini saja,” ujar dia memompa semangat seluruh aktivis lintas generasi yang datang.
Baca Juga
Menurutnya, terjangan pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir, kemudian perang Rusia-Ukraina, harus menjadi perhatian para aktivis dalam negeri, terhadap perubahan politik tanah air ke depan.
“Saya kalau ketemu dengan semua orang hampir semuanya gak nganggap pentingnya bagaimana (politik) kita ke depan,” kata dia mengingatkan.
Ia mencontohkan hadirnya rencana perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode, kemudian penundaan pemilu 2024, harus menjadi perhatian seluruh kalangan aktivis dalam negeri saat ini.
“Kalau ke belakang kita menghadapi rezim Soeharto yang otoriter, berbicara bagaimana melawannya ini ? Ya jawabannya lawan saja, gantinya siapa terserah, pokoknya lebih bagus,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Ajang Silaturahmi
Kegiatan kemah aktivis lintas generasi dan aktivis 98 ini terasa lebih hidup dengan hadirnya aktivis pergerakan tanah air, sebut saja Masinton Pasaribu, Abidin fikri, Muhammad Jumhur Hidayat, Sahganda Nainggolan, Feri Juliantoro, Andrianto.
Kemudian Mimih Haeruman, Saef Lukman, Agustiana, Santoso, Marlin Dinamikanto, Dedi Triawan, Nissa Wargadipura, Mahmud Yunus, Zam zam Zomantara, Galih F Qurbany, Ateng Sujana, Deni Ramdhani dan beberapa aktivis Jawa Barat lainnya.
Kedatangan Hariman dalam kegiatan itu terbilang istimewa, sontak saja sejak awal kedatangannya langsung dikerumuni kalangan aktivis 98 termasuk aktivis lintas generasi lainnya, yang datang lebih awal di lokasi kegiatan.
Mereka seolah bernostalgia membicarakan berbagai peristiwa pergerakan tanah air, terutama sejak penggulingan rezim Soeharto 1998 silam. Diselingi senda gurau dan humor hangat di kalangan aktivis, mereka terlihat begitu menikmati pertemuan langka antar aktivis lintas generasi tersebut.
Hasanuddin, penanggung jawab Kemah Aktivis Lintas Generasi dan aktivis 98 kemah aktivis mengatakan, kegiatan itu sengaja digelar sebagai ajang silaturahmi, sekaligus menyamakan persepsi pentingnya kontrol terhadap pemerintah.
“Hanya sekedar refleksi pergerakan, silaturahmi antar aktivis, jarang-jarang kita bisa kumpul dalam suasana yang lebih cair, kemping bersama,” kata dia.
Mengusung tema ‘Menjaga Cita-Cita Reformasi dan Merawat Kebhinekaan’, kegiatan kemah itu sengaja didesain untuk menjaga cita-cita reformasi di tengah ancaman meretaknya keberagaman karena politik identitas.
“Salah satu isu yang kita lawan, jabatan presiden tiga periode, sudah selesai, tidak ada lagi pembahasan soal itu, agenda-agenda lain reformasi masih harus terus diperjuangkan,” kata dia.
Advertisement