Curhat Peternak Ayam Petelur di Garut Jika Ada Distribusi Bansos

Kebutuhan telur yang tinggi selama masa pembagian bansos berlangsung ujar dia, membuat harga telur ditingkat peternak langsung naik seiring berkurangnya persediaan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 28 Agu 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2022, 21:00 WIB
Syamsudin, 50 tahun, salah seorang peternak di daerah Kampung Bojong Awi, Desa Mekargalih, Kecamatan Tarogong Kidul, tengah memanen telur di kandangnya, Sabtu (27/8/2022). (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Syamsudin, 50 tahun, salah seorang peternak di daerah Kampung Bojong Awi, Desa Mekargalih, Kecamatan Tarogong Kidul, tengah memanen telur di kandangnya, Sabtu (27/8/2022). (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pembagian program bantuan sembako pemerintah ikut mengerek harga jual telur di tingkat petani di wilayah Garut, Jawa Barat saat ini. Terbaru harga telur di tingkat petani mencapai Rp28 Ribu per kilogram (Kg).

“Biasanya kalau harga normal Rp 20- 22 ribu per kilogram,” ujar Syamsudin, 50 tahun, salah seorang peternak di daerah Kampung Bojong Awi, Desa Mekargalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Sabtu (27/8/2022).

Menurutnya, isu pembagian program sembako berisi telur dan beras itu, menjadi berkah tersembunyi bagi peternak kecil seperti dirinya. “Memang ada keuntungan, tapi harga telur ayam menjadi fluktuatif,” kata dia.

Kebutuhan telur yang tinggi selama masa pembagian bansos berlangsung ujar dia, membuat harga telur ditingkat peternak langsung naik seiring berkurangnya persediaan.

“Bisanya nanti juga turun lagi, dulu saat bansos sudah lewat harga telur pernah sampai di bawah Rp20 ribu,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Adi Suryadi, peternak lainnya. Menurut dia, isu pembagian bansos Sembako dari pemerintah, menjadi pelipur lara untuk menutupi kerugian penurunan harga telur ayam yang terjadi tahun lalu.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Berharap Bantuan Tunai

Saat itu, hampir enam bulan lamanya harga telur di tingkat peternak turun hingga memangkas populasi ternak di kandang. “Belum lagi harga pakan tinggi, kami sampai menjual bibit ayam untuk menutupi biaya produksi,” ungkap dia.

Tak ayal dari sekitar 1.000 ekor populasi ayam yang ia kelola, kini tinggal 40 persen yang tersisa dengan usia produksi memasuki tahun kedua.

“Sekarang hanya 400 ekor dengan produksi sekitar 80 persen, sebab ayamnya rata-rata sudah berusia 24 bulan,” ungkap dia.

Untuk menekan fluktuasi harga, Adi berharap program bansos pemerintah bisa diberikan dalam bentuk uang cash kepada masyarakat. “Silahkan masyarakat yang belanja sendiri, agar harga tetap terjaga,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya