24 Kasus Gangguan Ginjal Misterius di Jawa Barat, IDAI Jabar Catat Sejak Akhir Agustus

Puluhan anak di Jawa Barat tercatat mengalami gangguan ginjal misterius.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 16 Okt 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2022, 16:00 WIB
Gedung Sate, salah satu gedung ikonik di Jawa Barat
Gedung Sate, salah satu gedung ikonik di Jawa Barat. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Bandung - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan data kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia bertambah dari sebelumnya 131 kasus menjadi 152 kasus, per 14 Oktober 2022. Sebanyak 24 kasus di antaranya terdeteksi di Jawa Barat (Jabar).

Sehubungan itu, IDAI Cabang Provinsi Jawa Barat menyatakan telah mencermati peningkatan dan menghimpun data kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak ini sejak akhir Agustus lalu. Data dihimpun dari pasien rujukan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

"Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebagai rumah sakit rujukan tersier di Jawa Barat memang menerima kasus-kasus yang sudah berat," kata Ketua UK Nefrologi IDAI Cabang Jawa Barat, Prof. Dany Hilmanto, dihubungi Liputan6.com, Jumat (14/10/2022).

Dany Hilmanto menyebut, rata-rata kasus gangguan ginjal akut di Jawa Barat diderita oleh anak berusia di bawah 6 tahun. 

"Data itu baru betul-betul kita deskripsikan mulai akhir Agustus-September. Kami laporkan ke Unit Kerja Ginjal Anak Seluruh Indonesia, kemudian dikompilasi dan dilaporkan ke IDAI," kata Dany.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Gejala Gangguan Ginjal

Terdapat Gangguan Pada Ginjal
Ilustrasi Ginjal Credit: unsplash.com/Robina

Dany mengatakan, pasien-pasien yang ditangani awalnya tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Mulanya, hanya keluhan batuk-pilek atau demam, kadang disertai sesak dan diare. Baru kemudian kondisi itu diikuti gejala lain seperti kurang kencing, bengkak kelopak mata dan tungkai perut.

"Sehingga kalau diperiksa parameter untuk penyakit ginjal menunjukan ada gangguan pada ginjalnya," jelasnya.

Dany menegaskan, gangguan ginjal akut progresif yang belum diketahui penyebabnya atau atipikal (unknown origins) ini masih diinvestigasi.

"Kami sedang bekerja keras. Laporan jurnal internasional juga tampaknya belum terpublikasi juga, jika ada kita akan lakukan pendalaman, dibandingkan dengan center-center lain yang ter-qualified," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya