Waspada Penyakit Kencing Tikus Serang Manusia pada Musim Hujan

Penyakit tersebut biasanya muncul ketika musim hujan atau ketika adanya banjir yang terkontaminasi air kencing tikus

oleh Panji Prayitno diperbarui 04 Nov 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2022, 18:00 WIB
Waspada Penyakit Kencing Tikus Serang Manusia di Musim Hujan
Ilustrasi mimpi tikus/Copyright unsplash.com/Kanashi

Liputan6.com, Cirebon Sejumlah penyakit mengintai manusia memasuki musim penghujan. Salah satu jenis penyakit yang harus diwaspadai pada musim hujan adalah Leptospirosis. Penyakit tersebut biasanya muncul ketika musim hujan atau ketika adanya banjir yang terkontaminasi air kencing tikus.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Sartono, mengatakan, Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi air kencing tikus. 

Air yang terkontaminasi kencing tikus yang mengenai kulit bahkan kulit yang terluka, sekecil apa pun lukanya, akan menyebabkan terjadinya infeksi. Menurut Sartono, penyakit Leptospirosis biasanya muncul ketika musim hujan atau ada banjir. 

"Ketika hujan datang, tikus kan pada keluar got, nah kencingnya itu yang menginfeksi orang," ujar Sartono, Kamis (3/11/2022).

Meskipun penyakit tersebut mematikan, kata dia, tetapi sebenarnya tidak begitu serius. Hanya saja, ketika dibiarkan menginfeksi lewat kulit, Leptospirosis ini sama seperti infeksi yang lain. 

Sehingga, ketika terus terpapar maka risikonya infeksi berkelanjutan. Dan ketika infeksi terus berulang, diungkapkan Sartono, penyakit Leptospirosis juga bisa mematikan. 

"Mematikan iya, selama berulang terkena infeksinya. Tapi kan jarang sekali, kasusnya banyak tapi jarang sekali sampai ke kematian," terangnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tikus Rumahan

Ia menjelaskan, tikus yang menyebabkan penyakit Leptospirosis adalah tikus yang kerap masuk ke rumah atau tikus rumahan yang hidupnya di area kotor. Karena itu, daerah yang harus diwaspadai akan munculnya penyakit tersebut yakni di daerah urban. 

Pasalnya, meskipun dari sisi infrastruktur jalannya kelihatan mulus dan bagus, tapi karakter daerah urban itu perumahan di belakangnya adalah kumuh.

Sartono menyebutkan, salah satu contoh daerah urban yang karakteristiknya kumuh adalah di wilayah Kecamatan Plered. Kendati demikian, setelah dilakukan pengecekan, di daerah tersebut tidak ditemukan kasus Leptospirosis. 

Begitupun di daerah-daerah lainnya di Kabupaten Cirebon, Sartono mengaku tidak menerima laporan adanya kasus Leptospirosis.

"Kita belum pernah menemukan Leptospirosis, kita kan ada 60 puskesmas sebagai mata-mata. Jadi kalau ada kasus, (Puskesmas) pasti lapor ke kita. Tapi, sampai sekarang belum ada laporan," terangnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya