5 Fakta Rijsttafel Warisan Budaya Tak Benda Belanda yang Dibawa dari Indonesia

Berikut fakta menarik rijsttafel khas Belanda.

oleh Tifani diperbarui 29 Nov 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2022, 00:00 WIB
[Bintang] Jose Mari Chan
"Di Filipina saya sering pergi ke restoran Indonesia. Pertama kali saya makan makanan Indonesia di rijsttafel (restoran masakan Indonesia di belanda) saat saya di Belanda tahun 1975. Saya coba makan itu. Dan sekarang saya mau coba lagi," pungkasnya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Rijsttafel merupakan gaya jamuan makan khas Belanda. Dalam bahasa Belanda, rijsttafel memiliki makna 'meja nasi'.

Sedangkan, secara etimologi, rijsttafel berasal dari kata 'rijst' yang berarti nasi atau beras yang sudah dimasak, dan 'tafel' berarti meja yang bermakna kiasan untuk hidangan.

Gaya jamuan makan ini dilakukan dengan cara lauk pauk yang disajikan dalam piring di atas meja makan, tak lupa nasi, sambal, dan kerupuk sebagai pelengkap. Bagi orang Indonesia tentu tidak asing dengan cara penyajian makanan seperti ini.

Sebab, gaya jamuan makan rijstaffel yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari Belanda ini memang diadopsi dari nusantara. Dikutip dari jurnal berjudul 'Alkulturasi dalam Turisme di Hindia Belanda' (2022) oleh R Achmad Sunjayadi, berikut fakta menarik rijsttafel khas Belanda.

1. Berkembang sejak 1870-an

Istilah rijsttafel diperkirakan telah ada sejak era 1870-an. Kala itu telah terjadi perpaduan budaya makan pribumi dan Eropa yang tampak dalam pelayanan, tata cara makan, hingga hidangan. Pada era tersebut, para nyai menampilkan budaya kuliner sesuai dengan selera dan cita rasa suaminya yang notabene orang Belanda asli. Sedangkan, para nyonya Belanda menyelipkan cara memasak dan bahan yang biasa dipakai dalam kuliner Eropa ke dalam berbagai jenis makanan Indonesia.

Kedua arah seni kuliner inilah kemudian menjadi bibit lahirnya budaya kuliner yang dikenal dengan nama rijsttafel.

2. Digunakan dalam jamuan makan kalangan atas

Meski disebutkan bahwa rijsttafel berkembang ke seluruh lapisan masyarakat. Kenyataannya, hidangan dan cara penyajian tersebut hanya dapat dijangkau oleh orang-orang atau golongan masyarakat kelas atas.

Tak heran, karena rijsttafel biasanya dibalut dengan kesan mewah pada semua aspeknya. Ruangan untuk perjamuan makanan yang berdekorasi mewah, perabotan, peralatan makan, hingga pelayan yang berjumlah 20-30 orang dengan kedua tangan memegang piring.

Sedangkan, untuk jumlah hidangan yang disajikan, berjumlah dua kali lipat dari pelayan yang ada. Menariknya, komposisi hidangan pada rijsttafel juga mengalami perkembangan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Wajib Ada Nasi dan Sambal

3. Wajib ada nasi dan sambal

Pada mulanya, nasi dan hidangan pribumi mendominasi sajian rijsttafel. Menunya lengkap, nasi, sayur, dan lauk sebagai pembuka, beefstuck atau hutspot tampil sebagai makanan utama, dan terakhir hidangan penutup ada mangga, nanas, hingga duku.

Salah satu ciri khas dari hidangan pribumi adalah rasanya yang pedas. Rasa pedas ini berasal dari penggunaan cabai sebagai bahan masakan.

Orang-orang Eropa terkenal tidak menyukai masakan pedas, tetapi dalam rijsttafel, mereka dapat menikmati aneka sambal pedas yang biasa disebut sambelans. Beberapa jenis sambal yang sering dihidangkan di antaranya sambal brandal, sambal badjak, dan sambal serdadoe.

4. Semakin berkembang pada 1990-an

Cara jamuan makan rijsttafel semakin berkembang memasuki abad ke-20. Komposisi hidangan dalam rijsttafel mengalami variasi dari hasil campuran budaya pribumi dengan Eropa dan Cina.

Pengaruh hidangan Cina itu muncul sebab berkembangnya restoran Cina dan banyaknya para pedagang keliling yang menjajakan makanan Cina di Indonesia. Meski begitu, hidangan pribumi tetap mendominasi karena memiliki kelebihan dari segi cita rasa yang menggugah selera.

Menu-menu masakan khas nusantara yang selalu hadir ialah, bruine bone soep (sup kacang merah), huzarensla (selada belanda), indische pastei (pastel tutup), dan zwartzuur (ayam suwir) yang mengalami penyesuaian bumbu dengan penggunaan rempah-rempah pribumi.

5. Berakhir di Indonesia, namun dibawa ke Belanda

Masa kejayaan budaya rijsttafel di Indonesia berakhir ketika Perang Dunia II dan invasi Jepang ke Nusantara. Para kolonial secara perlahan kembali ke negaranya, dan kondisi ini membuat rijsttafel perlahan ditinggalkan. Namun, orang-orang Belanda masih membawa kebiasaan itu ke tanah kelahiran mereka. Di sana, rijsttafel tumbuh menjadi sebuah nostalgia tersendiri bagi mereka yang memiliki kerindunan akan makanan-makanan Indonesia yang disajikan ala Eropa.

Kini budaya cara jamuan makan rijsttaffel ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda asal Belanda. Meskipun cara makan ini tetap dapat ditemukan di beberapa budaya khas nusantara, seperti pada jamuan makan masakan khas Padang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya