Liputan6.com, Lampung - Maduaro merupakan jenis kain sulam dari Provinsi Lampung. Kain ini berupa selendang penutup kepala yang digunakan masyarakat Menggala.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kain maduaro di Lampung awalnya dibawa oleh nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di Mekkah. Masa tersebut terjadi pada abad ke-18.
Selain itu, para pedagang Gujarat India juga menjual kain sejenis kepada masyarakat Menggala. Hal tersebut memberi pengaruh pada moti-motif kain maduaro di Menggala yang umumnya dipengaruhi motif dari Hindustan.
Advertisement
Para wanita Menggala biasanya membuat kain sebagai sesan untuk dibawa pada saat menikah. Salah satu kain tersebut berupa maduaro yang dibuat dari benang selingkang dari India.
Baca Juga
Pada periode berikutnya, kegiatan menyulam kain maduaro menjadi kebiasaan para gadis di daerah Menggala untuk mempersiapkannya sebagai sesan. Dalam perkembangannya, kain maduaro mulai dibawa ke luar oleh orang Menggala.
Hal tersebut dilakukan untuk membina para gadis dalam mengembangkan kerajinan menyulam di Way Lima dan Talang Padang. Kain maduaro merupakan jenis kain yang umumnya berbahan serat nanas atau sutera yang disulam dengan menggunakan benang kawat perak tipis.
Kain maduaro kemudian digunakan sebagai selendang. Cara penggunaannya umumnya dijadikan sebagai penutup kepala bagi kaum perempuan.
Hal tersebut telah dilakukan secara turun-temurun oleh para darah bangsawan berketurunan bangsawan (penyimbang). Biasanya, kain maduaro khas Provinsi Lampung ini digunakan dalam acara sakral, salah satunya upacara adat.
(Resla Aknaita Chak)