Liputan6.com, Yogyakarta - Pemimpin Pesantren Waria atau transpuan Al-Fatah Kotagede, Yogyakarta, Shinta Ratri meninggal karena serangan jantung pada Rabu pagi, 1 Februari 2023 di Rumah Sakit Umum Daerah Wirosaban, Kota Yogyakarta.
Sosok Shinta dikenal sebagai aktif membela para waria untuk mendapatkan haknya beribadah. Oleh karenanya dia mendirikan Pondok Pesantren Waria Al-Fatah. Dia dikenal ulet dan telah berwiraswasta sejak masih SMA. Shinta berprinsip untuk melakoni hidup tak sekedar menyenangkan orang lain.
Shinta Ratri mendirikan pesantren Al Fatah bersama dua orang waria lainnya pada 2008, setelah beberapa waria meregang nyawa dalam gempa bumi Yogyakarta 2006. Dia percaya bahwa pesantren ini adalah madrasah pertama untuk kaum transgender dimana pun di dunia.
Advertisement
Dikutip dari Merdeka.com, Shinta Ratri menilai, para waria terkadang merasa tidak nyaman dan seringkali mendapat penolakan dari warga. Meski tak selalu berupa kata-kata yang terucap pedas, namun juga tindakan.
"Ketika solat di masjid terkadang ada banyak penolakan. Tak selalu berupa kata-kata namun juga tindakan. Saat salat ternyata di sampingnya seorang waria, mereka kemudian pindah. Hal ini lah yang membuat waria cenderung lebih nyaman salat di rumah" ujar Shinta, waktu itu Agustus 2021.
Oleh karena itu, Pondok Pesantren Al Fatah ini pun hadir untuk membuka kesempatan para waria beribadah secara nyaman dan memperdalam agama.
Dulunya, lokasi pondok berada di Notoyudan, Kota Yogyakarta. Namun setelah sang pendiri, Maryani meninggal dunia. Ponpes ini vakum dan Shinta Ratri meneruskan pesantren ini dan memindah lokasi pesantren ke rumahnya saat ini.
Hapus Stigma Negatif
Hadirnya ponpes ini juga berusaha stigma negatif yang melekat pada masyarakat. Para santri terbukti mampu berbaur dan berhubungan baik dengan warga.
Berkat kerja kerasnya dan semangat mendampingi para waria, Shinta Ratri mendapat penghargaan pejuang hak asasi manusia dari Front Line Defenders pada tahun 2019.
Lembaga berbasis di Irlandia tersebut menilai Shinta sebagai tokoh inspiratif di lingkup Asia Pasifik atas jasanya memperjuangkan hak waria melalui pondok pesantren. Ya sejatinya, hak beragama adalah milik setiap manusia, termasuk waria.
Advertisement