Kala Siswa SDN Poboya Palu Balas Budi Kirim Doa untuk Korban Gempa Turki

Ratusan anak SDN Poboya Palu gelar aksi solidaritas untuk korban Gempa Turki dan Suriah. Saat gempa Palu 2018, sekolah mereka dibangun kembali dari bantuan Turki.

oleh Heri Susanto diperbarui 11 Feb 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2023, 04:00 WIB
Solidaritas untuk korban Gempa Turki dari anak SDN Poboya, Palu
Solidaritas untuk korban Gempa Turki dari anak SDN Poboya, Palu. (Foto: Rahman)

Liputan6.com, Palu - Siswa-siswi sebuah sekolah dasar di Kota Palu yang pernah mendapat bantuan dari Turki saat Gempa Palu tahun 2018, melakukan aksi solidaritas terhadap korban bencana Gempa Turki.

Sekolah dasar itu adalah SDN Poboya di Kota Palu. Sekolah itu sempat mengalami kerusakan akibat bencana gempa Palu tahun 2018. Namun kini kondisi sekolah yang berada di Kelurahan Poboya tersebut telah berdiri megah dua lantai berkat bantuan Turki melalui salah satu NGO.

Total nilai bantuan yang diberikan untuk pembangunan sekolah yang dimulai sejak tahun 2019 itu mencapai Rp7 miliar.

Karenanya Gempa Turki dan Suriah yang menimbulkan korban ribuan jiwa membuat pihak SDN Poboya serta para siswa tergerak bersolidaritas sebagai bentuk empati.

Kamis pagi (9/2/2023) di halaman sekolah ratusan siswa dan guru menggelar Salat Gaib dan doa bersama untuk para korban Gempa Turki dan Suriah. Dukungan terhadap para korban juga mereka tunjukkan dengan membuat tulisan-tulisan simpati serta mengumpulkan dana seadanya yang rencananya akan dikirimkan ke Turki.

“Ini sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian, mereka pun pernah peduli kepada kami," kata Kepala SD Negeri Poboya, Dadang Rahman Sidiq, Kamis (9/2/2023).

Penggalangan donasi akan dilaksanakan selama seminggu dengan melibatkan masyarakat sekitar sekolah. Aksi para siswa itu juga bertujuan membentuk karakter peserta didik untuk lebih bersimpati terhadap sesama dan memahami nilai kemanusiaan.

SDN Poboya sendiri resmi digunakan kembali setelah pembangunan rampung tahun 2021 dengan bantuan Turki. Saat ini sekolah itu menjadi tempat belajar bagi 288 siswa yang merupakan penyintas Gempa Palu.

"Kami berdoa supaya musibah ini cepat berlalu," kata Nabil Alfairoh, seorang siswa SDN Poboya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


20.000 Jiwa

Sementara itu, angka korban meninggal dunia akibat gempa Turki kini sudah melampaui jumlah 20.000 jiwa atau sudah melewati jumlah korban dalam gempa Jepang 2011 dan gempa Turki 1999.

Laporan laman harian Hurriyet dan media-media asing, termasuk Nikkei, pada Jumat menyebutkan bahwa sekitar 17.600 orang tewas di Turki dan sekitar 3.300 jiwa di Suriah.

Dengan demikian, total sudah hampir 21.000 jiwa manusia hilang. Angka ini melebihi jumlah korban gempa dan tsunami di Fukushima, Jepang, pada 2011 yang merenggut 18.400 jiwa.

Gempa bermagnitudo 7,7 pada Senin (6/2) tersebut --akibat pergerakan sesar Anatolia Timur di tenggara dan selatan Turki-- juga sudah melampaui jumlah korban gempa 1999, juga di Turki, yang kali ini menelan 18.000 korban jiwa.

Tak seperti gempa saat ini yang berpusat di distrik Pazarcık di Provinsi Kahramanmaraş, gempa yang terjadi pada 1999 dipicu oleh pergerakan patahan Anatolia Utara.

Sampai Kamis (9/2) sekitar pukul 21.00 WIB, badan penanggulangan bencana dan kedaruratan Turki (AFAD) masih menyebut angka 16.170 korban jiwa di Turki.

Namun, media massa asing dan lokal Turki sudah memperbarui angka itu menjadi sekitar 17.000-an.

Menurut laporan laman surat kabar Hurriyet, tim SAR berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan warga yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan akibat guncangan gempa.

Kerabat orang-orang yang terjebak di balik reruntuhan itu berada di sekitar reruntuhan untuk memastikan keluarga mereka selamat atau mendapatkan pertolongan.

Sementara itu di Suriah, konvoi bantuan PBB untuk pertama kalinya memasuki daerah barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak yang menjadi salah satu daerah terparah yang terdampak gempa.

Wilayah itu sebelumnya diblokade oleh pasukan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Wall Street Journal juga melaporkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk membangun kembali setiap rumah yang ambruk dan hancur karena gempa.

Erdogan juga mulai menerapkan hukum darurat yang terakhir kali dia terapkan setelah percobaan kudeta pada 2016.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya