Infrastruktur Daur Ulang Masih Minim, Apa Solusi Atasi 'Invasi' Sampah Plastik?

Bahaya sampah plastik terus digaungkan banyak pihak. Penanganannya pun dibuat melibatkan semua institusi terkait hingga masyarakat dari hulu ke hilir termasuk pihak produsen dengan banyak programnya.

oleh Kori Sofianty diperbarui 17 Feb 2023, 22:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2023, 22:00 WIB
Pemilahan sampah plastik
Gampang Budiyono dari UD Jaya Abadi, lokasi pengumpulan sampah plastik di Denpasar menjelaskan proses pemilahan sampah plastik sebelum dibawa ke pengepul untuk didaur ulang. (Dok Nila Sofianty)

Liputan6.com, Denpasar - Limbah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 3,2 juta ton terbuang ke laut, sementara dari jumlah tersebut hanya 10 persen yang berhasil didaur ulang.

Menurut Zul Martini Indrawati, General Manager Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) mayoritas tipe plastik yang banyak didaur ulang adalah tipe Polyethylene terephthalate (PET).

"Jika melihat jumlah persentase dari total sampah secara nasional, plastik PP menyumbang 31 persen dari semua produk plastik di Indonesia dan PET hanya menyumbang 12 persen dari jumlah tersebut, sehingga infrastruktur daur ulang sampah plastik khususnya PP dan MLP masih dibutuhkan," ujar Zul Martini.

Sementara itu, dibeberkannya juga bahwa kolaborasi antar pihak dalam pembangunan infrastruktur daur ulang plastik Indonesia bisa mempercepat penanganan sampah plastik.

Komitmen banyak pihak yang terintegrasi dari hulu ke hilir dalam rangka penanggulangan bahaya sampah plastik di Indonesia sangat dibutuhkan pihak dari hulu ke hilir. Di hulu, transparansi peta jalan pengurangan sampah oleh produsen juga semakin hari mulai terlihat adanya keterbukaan.

Sejumlah perusahaan pun sudah mendeklarasikan peta jalan pengurangan sampah kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Salah satu dari 40 perusahaan yang pertama kali mendeklarasikan peta jalan itu adalah L'Oreal Indonesia. Hal itu dikatakan oleh Mohamad Fikri, selaku Director of Corporate Responsibility, L'Oreal Indonesia.

"L'Oréal Indonesia merupakan salah satu dari 40 perusahaan pertama yang mendeklarasikan peta jalan pengurangan sampah kami kepada KLHK, langkah tersebut menunjukkan upaya serius L'Oréal dalam mengambil peran dan tanggung jawab bersama atas manajemen sampah plastik di Indonesia," ujar Mohamad Fikri saat bersama media melakukan site visit di UD Jaya Abadi Plastik, tempat pengumpulan sampah plastik di Kota Denpasar.

Fikri juga menjelaskan, dalam rangka memperingati hari peduli sampah nasional 2023, L’Oreal membuktikan komitmennya dalam mencapai target pengurangan 78 persen penggunaan virgin plastic dan 26 persen pengumpulan sampah kemasan tahun 2025 melalui kolaborasi daur ulang plastik PP dan MLP yang masih sulit di-recycle di Indonesia.

Langkah ini memperkuat komitmen dalam menghadirkan bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan upaya pengurangan, penanganan, dan kolaborasi daur ulang sampah melalui pemberian dukungan terhadap delapan infrastruktur daur ulang Plastik Polypropylene (PP) dan Multi Layered Plastic (MLP) yang memiliki tingkat daur ulang  yang rendah di Indonesia.

Lebih lanjut, perusahaannya juga berkomitmen mendukung misi pemerintah dalam menangani isu sampah plastik di Indonesia.

 

IPRO

Salah satu upaya nyata yang L'Oréal Indonesia lakukan adalah dengan bekerja sama dan menjadi anggota Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) dalam hal kolaborasi daur ulang plastik, khususnya tipe plastik yang masih jarang dan sulit didaur ulang seperti PP dan MLP sejak tahun 2022.

Dikatakan Zul, plastik tipe PP dan MLP merupakan limbah plastik yang sulit terurai dan belum memiliki infastruktur daur ulang yang terbangun dengan baik.

Hal tersebut menyebabkan tingkat daur ulang PP dan MLP masih tergolong rendah di Indonesia. Hal ini jelas tidak hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga pada rendahnya nilai ekonomi dari kedua tipe plastik tersebut.

Selain itu, dari 16 rekan IPRO dalam pengumpulan dan daur ulang plastik, 8 diantaranya merupakan hasil dari kerja sama dengan L'Oréal dalam mendukung pembangunan infrastruktur daur ulang PP dan MLP.

"Kami sangat mengapresiasi L'Oréal dan pihak-pihak yang juga ikut serta dalam membangun infrastruktur daur ulang plastik di Indonesia," papar Zul.

Dengan adanya kerja sama dengan IPRO, L’Oreal Indonesia berkomitmen untuk mengumpulkan dan mendaur ulang 169 ton plastik Polypropylene (PP) dan 126 ton Multi Layered Plastic (MLP) Melalui 8 titik pengumpulan dan daur ulang plastik PP dan MLP yang tersebar di Bali dan Jawa Timur setiap tahun.

Selain melakukan upaya daur ulang plastik, L'Oréal Indonesia juga terus bertransformasi dan berinovasi menghadirkan produk kecantikan dengan kemasan yang semakin ramah lingkungan.

Inovasi ini melalui tiga strategi utama, yakni dengan mengurangi 20% intensitas kemasan produk di 2030, menggunakan 100% bahan daur ulang pada kemasan plastik rigid di 2025, dan mengumpulkan kembali juga mendaur ulang sampah paska konsumen melalui kolaborasi Garnier x eRecycle dan Kerjasama L'Oréal Indonesia dengan IPRO.

Ketiga strategi L4TF juga menjadi inovasi strategis L’Oréal Indonesia dalam menerapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No. P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen dengan target pengurangan sebanyak 30% di 2029.

Selain site visit IPRO dan L'Oreal Di Bali ke UD Jaya Abadi, diskusi media juga dilakukan di Bali Waste Cycle dan Bali Pet.

Ikut dalam diskusi dengan media adalah Mohamad Fikri, Director of Corporate Responsibility, L’Oréal Indonesia, Gampang Budiyono, dari UD Jaya Abadi, Olivia Anastasia Padang dari Bali Waste Cycle dan WirajayaPutra dari BALIPET.

Ilustrasi botol plastik.
Ilustrasi botol plastik. (Shutterstock/monticello)
Infografis Richard Eliezer Vonis 1 Tahun 6 Bulan Penjara dan Perjalanan Persidangan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Richard Eliezer Vonis 1 Tahun 6 Bulan Penjara dan Perjalanan Persidangan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya