Mengintip Upaya Reklamasi Pasca Tambang Hingga Jadi Peternakan Sapi

Reklamasi pasca tambang yang dilakukan PT Berau Coal kini menghasilkan peternakan sapi dengan skala besar.

oleh Abdul Jalil diperbarui 02 Apr 2023, 13:06 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 18:00 WIB
Berau Coal
Berau Coal mendapat penghargaan dari Pemprov Kaltim dalam Rapat Konsultasi dan Koordinasi Teknis Daerah (RAKONTEKDA) Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2023 se-Kaltim.

Liputan6.com, Balikpapan - Sejak tahun 2009, PT Berau Coal telah melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi ramah lingkungan. Dengan melakukan pemanfaatan area bekas tambang, Berau Coal melakukan inovasi skala besar, yaitu menggunakan pola ekstensif peternakan sapi di lahan area bekas tambang.

Program itu dinilai berkontribusi besar untuk peternakan di Kalimantan Timur (Kaltim). Hasilnya Berau Coal mendapat penghargaan dari Pemprov Kaltim dalam Rapat Konsultasi dan Koordinasi Teknis Daerah (RAKONTEKDA) Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2023 se-Kaltim, di Hotel Jatra BalikpapanSelasa (14/2/2023).

Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi, menyebutkan kontribusi yang diberikan Berau Coal dapat meningkatkan pasokan sapi di Kaltim. Sesuai kebutuhan masyarakat, daging sapi laku keras di pasar dan terkadang dibandrol dengan harga yang mahal. Sehingga, terjadi lonjakan permintaan daging.

“Kontribusi yang dihasilkan sangat baik, utamanya untuk pengembangan peternakan di kaltim,” kata Hadi.

Menurutnya, peternakan sapi yang dikembangkan Berau Coal dapat menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan serta mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya.

"Selamat kepada PT Berau Coal yang mendapat penghargaan. Terima kasih atas sinergi dan kontribusinya dalam pengembangan peternakan di Kalimantan Timur," sebutnya.

Dengan adanya Ibu Kota Negara (IKN) di Kaltim, sambungnya, jumlah penduduk akan semakin meningkat. Pada 2024 hingga 2045 mendatang, dibutuhkan produk pangan asal ternak yang dihasilkan dari Kaltim, bukan didatangkan dari luar lagi. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah.

Hadi berpesan, semua perusahaan yang ada di Kaltim harus memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada masyarakat di sekitarnya. Jangan hanya beroperasi dan menghabiskan sumber daya alam saja, tetapi harus meninggalkan warisan dan memberikan dampak bagi masyarakat di sekitarnya. Baik itu di bidang peternakan, pertanian, maupun pengembangan bidang lainnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, Fahmi Himawan, mengatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi dari Pemprov Kaltim kepada pelaku usaha di Kaltim yang selama ini terlibat secara aktif dan berkelanjutan dalam memberikan kontribusi terhadap bidang peternakan dan kesehatan hewan.

“Dampak langsungnya berkaitan dengan masyarakat sekitar yang terbantu dengan program peternakan, seperti pemberdayaan dan hasil ternak. Perusahaan bisa bermitra dengan pelaku usaha di bidang peternakan,” katanya.

Diketahui, Rakontekda dilaksanakan sebagai upaya peningkatan perekonomian rakyat dan kebebasan dari penyakit hewan. Hadi juga memberikan apresiasi kepada sejumlah perusahaan yang telah bersinergi dan berpartisipasi aktif dalam mendukung bidang peternakan dan kesehatan hewan di Kaltim.

Bukan kali ini saja, PT Berau Coal telah meraih penghargaan dari Gubernur Kaltim. Sebelumnya, Berau Coal juga mendapat penghargaan terkait komitmen perusahaan dalam merealisasikan program CSR Pangan untuk Penghijauan (PuP) melalui budidaya kakao.

Simak juga video pilihan berikut:

Pola Intensif Menjadi Pola Ekstensif

Petani Kakao
Petani Kakao Binaan PT Berau Coal.

Mine Closure Departement Head PT Berau Coal, Doddy Herika W, mengatakan pengembangan sektor peternakan yang digalakkan Berau Coal sudah cukup lama. Inisiatif tersebut sudah dimulai pada tahun 2009 dengan berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Berau melalui proses studi kelayakan area lahan pasca tambang untuk pengembangan peternakan.

Pertama kali, program yang dilakukan PT Berau Coal adalah dengan menerapkan pola peternakan intensif yang telah dilakukan selama sekitar 10 tahun. Kemudian dikembangkan dengan skala besar menggunakan pola ekstensif.

Perubahan pola tersebut karena pola ekstensif dinilai lebih mendukung pemulihan fungsi lahan yang lebih luas. Seperti, memenuhi kewajiban reklamasi setiap selesai melakukan pertambangan pada suatu area. Selain itu, pola peternakan ekstensif juga dapat berkontribusi dalam mengembangkan populasi jumlah sapi, terutama di Berau.

"Dari hasil itu, dinyatakan bahwa lahan pasca tambang layak untuk dimanfaatkan sebagai area kebun pakan dan peternakan sapi. Terutama adalah sapi potong yang sekarang kami kembangkan diseluruh area pasca tambang PT Berau Coal," katanya.

Dalam proses reklamasi, digunakan bahan organik agar dapat menyuburkan lahan yang telah direklamasi. Oleh karena itu, penting adanya peternakan di area pasca tambang untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut. Baik itu peternakan yang bersifat intensif di dalam kandang maupun bersifat ekstensif dengan pengawasan yang ketat.

"Inovasi ini membantu meningkatkan jumlah sapi di Kaltim, khususnya di Berau. Hal ini akan sangat bermanfaat mengingat kebutuhan daging yang semakin meningkat setiap tahunnya. Terutama untuk reklamasi pasca tambang," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya