Jelang Sidang Isbat, Teropong Astronomi Dikerahkan Bantu Pantau Hilal Awal Ramadhan 1444 Hijriah di Aceh Besar

Observatorium Tengku Chiek Kuta Karang-Lhoknga di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, akan menggelar pemantauan ukyatul hilal awal Ramadhan 1444 Hijriah, hari ini Rabu (22/3/2023).

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 22 Mar 2023, 08:54 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2023, 08:06 WIB
Ilustrasi pemantauan hilal pada Sidang Isbat untuk menentukan hari Idul Fitri atau Lebaran. (Liputan6.com/Triyasni)
Ilustrasi pemantauan hilal pada Sidang Isbat untuk awal Ramadhan. (Liputan6.com/Triyasni)

 

Liputan6.com, Aceh - Observatorium Tengku Chiek Kuta Karang-Lhoknga di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, akan menggelar pemantauan rukyatul hilal awal Ramadhan 1444 Hijriah, hari ini Rabu (22/3/2023). Pemantauan dibantu langsung tim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Aceh Besar di Banda Aceh Andi Azhar Rusdin, mengatakan pihaknya melakukan pengamatan bersama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh.

"Kami akan bergabung dengan Kanwil Kemenag Aceh untuk melaksanakan pengamatan hilal di Observatorium di Lhoknga," katanya.

Andi mengatakan, pihaknya menurunkan satu set teropong astronomi yang akan terkoneksi dengan seperangkat laptop untuk melakukan live streaming ke server BMKG sehingga bisa disaksikan oleh masyarakat melalui kanal youtube.

"Kami ikut membantu proses pemantauan hilal hanya di satu titik, di Lhoknga saja. Kami turunkan satu tim berjumlah lima orang untuk melakukan pengamatan," ujarnya.

Andi menambahkan, secara nasional BMKG melakukan pengamatan hilal untuk penentuan 1 Ramadhan 1444 Hijriah/2023 di 29 lokasi, mulai dari Provinsi Aceh hingga Papua.

Andi menyebut BMKG memperkirakan hilal akan terlihat di wilayah pemantauan tersebut pada Rabu (22/3). Dengan ketinggian hilal 8,72 derajat setelah matahari terbenam pada pukul 18.49 WIB.

"Semoga cuaca cerah, sehingga hilal dapat terpantau. Dengan syarat cuaca cerah di ufuk barat," katanya.

Sebelumnya, Kanwil Kemenag Aceh menyebut pihaknya bakal melakukan pengamatan rukyatul hilal 1 Ramadhan 1444 Hijriah di enam lokasi yang tersebar di provinsi itu.

Enam lokasi itu meliputi Observatorium Tgk Chiek Kuta Karang - Lhoknga, Aceh Besar, Tugu 0 KM - Kota Sabang, Bukit Blang Tiron Perta Arun Gas - Lhokseumawe, Pantai Lhokgeulumpang - Setia Bakti, Aceh jaya, POB Suak Geudubang - Aceh Barat, dan Pantai Nancala - Teupah Barat, Simeulue.

Plt Kepala Kanwil Kemenag Aceh Ahmad Yani mengatakan pengamatan hilal dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan sidang isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di Jakarta pada Rabu (22/3/2023).

"Pemantauan menggunakan teleskop astronomi, dimulai setelah shalat Ashar pada Rabu, 22 Maret 2023," kata Ahmad Yani.

Awal Ramadhan Berpotensi Sama

Perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri yang kerap terjadi di Indonesia, bukan karena metode hisab dan rukyat, melainkan karena perbedaan kriteria. Hal itu yang diutarakan Peneliti Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin.

Kriteria wujudul hilal digunakan Muhammadiyah, sedangkan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) digunakan oleh Nahdlatul Ulama dan beberapa organisasi keagamaan lain di Indonesia.

"Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru," kata Thomas, menurut keterangannya, Rabu (8/3/2023).

"Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria, sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," katanya. 

Thomas menerangkan bahwa kriteria hilal yang diadopsi adalah kriteria berdasarkan pada dalil hukum agama tentang awal bulan dan hasil kajian astronomis yang sahih.

Kriteria juga harus mengupayakan titik temu pengamal rukyat dan pengamal hisab untuk menjadi kesepakatan bersama, termasuk Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Menurutnya, ada potensi kesamaan awal Ramadhan pada tahun ini, yakni 23 Maret 2023.

Di Indonesia, saat Maghrib, 22 Maret 2023, posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru MABIMS dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Idul Fitri Ada Potensi Berbeda

Sementara itu, di sisi lain, ada potensi perbedaan Idul Fitri tahun ini karena saat Maghrib, 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Namun, posisi bulan itu sudah memenuhi kriteria wujudul hilal. Apabila merujuk kriteria baru MABIMS, maka Lebaran jatuh pada 22 April 2023, sedangkan bila merujuk wujudul hilal, 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada 21 April 2023.

Lebih lanjut Thomas mengungkapkan penyebab utama perbedaan penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang karena belum ada kesepakatan terkait kriteria awal bulan Hijriyah.

Ia menjelaskan bahwa prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi Kalender Hijriyah harus ada otoritas tunggal. Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggal yang dapat diikuti bersama.

Sedangkan, kondisi saat ini otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat nasional atau regional.

"Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum sesuai batas kedaulatan negara. Kriteria diupayakan untuk disepakati bersama," kata Thomas. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya