Ketua Masjid Jami An Nur Palembang Meninggal Dunia saat Shalat Tarawih, Sempat Beri Kata Sambutan Ramadhan

Ketua Masjid Jami An Nur Mata Mera Palembang atas nama Purnomo Adjie mendadak roboh saat melaksanakan shalat tarawih di rakaat pertama.

oleh Ahmad ApriyonoPuji Pertiwi diperbarui 23 Mar 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2023, 10:29 WIB
Ketua Masjid Meninggal
Ketua Masjid Jami An Nur Mata Mera Palembang atas nama Purnomo Adjie mendadak roboh dan meninggal dunia saat melaksanakan shalat tarawih di rakaat pertama. (Liputan6.com/ Dok Ist @promopalembang)

 

Liputan6.com, Palembang - Ketua Masjid Jami An Nur Mata Mera Palembang atas nama Purnomo Adjie mendadak roboh saat melaksanakan shalat tarawih di rakaat pertama, Rabu malam (22/3/2023). Sempat dilarikan ke rumah sakit Pusri Palembang, namun yang bersangkutan dinyatakan meninggal dunia.

Purnomo Adjie meninggal usai sempat memberikan kata sambutan kepada jemaah masjid sebelum pelaksanaan shalat Tarawih dan menyambut Ramadhan.

Akun Instagram @promopalembang, menceritakan soal Purnomo yang mendadak roboh di tengah rakaat pertama shalat Tarawih. Dalam keterangannya, Purnomo Adjie meninggal usia tepat di rakaat pertama shalat Tarawih. Tubuhnya roboh dengan posisi sujud.

 

"Innailahi wainailahi rojiun, telah meninggal ketua masjid Jami An Anur Bapak Ir Purnomo Adjie sebelum meninggal beliau memberikan kata sambutan dan pesan agar ibadah kita bulan ramadhani ini harus lebik baik dari sebelumnya, dan meminta maaf kepada semua jamaah masjid, rakaat pertama sholat tarawih berada di shaf pertama di belakang imam berjarak 5 jamaah dengan saya beliau roboh dengan posisi dalam keadaan sujud, dibantu oleh jemaah masjid dilarikan ke RS, namun allah berkehendak lain, di hari pertama bulan Ramadhan, insyallah beliau husnul khatimah, Aamin," tulis akun Promo Palembang.

Unggahan itu pun mengundang respons yang beragam dari warganet, sebagian besar mendoakan almarhum Bapak Purnomo Adjie mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.

"Iya benar min, Pak De Pur, Ketua Masjid di perumahan kami, wong nyo baek, ramah tutur kata nyo lembut, sampe merinding denger kabar, semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. amin," tulis akun @elta_irawan.
"Wafat dalam keadaan baik, Insyaallah surga yg menanti. Kadang yang begini bikin iri," tulis akun @rev_levy.

Meninggal dalam keadaan sedang melaksanakan shalat menjadi salah satu ciri kematian yang husnul khotimah.

"Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersedekah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga." (Disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkam Al-Janaiz, hlm. 58. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

 

 

Ciri-Ciri Orang yang Meninggal dalam Keadaan Husnul Khotimah

Husnul khotimah artinya mati dalam keadaan baik. Kematian dengan keadaan ini memiliki keutamaannya sendiri dalam ajaran agama Islam. Adapun kematian dalam keadaan husnul khotimah ini memiliki ciri-ciri dan kondisinya sendiri.

Secara umum, orang yang mati dalam keadaan husnul khotimah adalah orang yang ketika mati masih dalam keadaan beriman dan melakukan amal saleh. Adapun secara khusus, husnul khotimah dapat dikenali dari berbagai macam kondisi kematian sebagai berikut.

1. Mengucap Kalimat Syahadat

Dapat mengucapkan kalimat syahadat saat sakaratul maut merupakan salah satu ciri orang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Penting untuk diketahui bahwa tidak semua orang bisa mengucapkan kalimat syahadat saat momen sakaratul maut.

Kalimat syahadat merupakan pengakuan serta penyaksian dengan sebenarnya, baik secara lahir maupun batin. Adapun keutamaan dari membaca kalimat syahadat ini antara lain adalah jaminan masuk surga dan mendapatkan delapan kunci pintu surga.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Barang siapa mengucapkan: “Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya dan bersaksi pula bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya”, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Barang siapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga." (HR. Abu Daud).

2. Mati Syahid

Mati syahid adalah salah satu ciri atau kondisi di mana seseorang mati dalam keadaan husnul khotimah. Adapun orang yang mati syahid adalah orang yang mati dalam keadaan berjuang di jalan Allah SWT, seperti mati dalam peperangan membela Islam.

Namun, bukan berarti orang yang tidak terlibat peperangan tidak bisa mati dalam keadaan syahid. Orang yang mati dalam upaya menuntut ilmu atau orang yang mati karena terkena wabah juga dapat dikatakan sebagai mati syahid.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Mati dalam Keadaan Melakukan Amal Saleh

Seseorang dapat dikatakan mati dalam keadaan husnul khotimah adalah jika orang tersebut mati ketika tengah melakukan amal saleh. Dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersedekah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga." (Disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkam Al-Janaiz, hlm. 58. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

4. Ketika Ribath di Jalan Allah

Seseorang dikatakan mati dalam keadaan husnul khotimah jika ia mati ketika tengah melakukan ribath di jalan Allah. Ribat sendiri merupakan upaya dalam menjaga wilayah perbatasan.

Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari fitnah." (HR. Muslim).

5. Meninggal saat Nifas atau Hamil

Bagi wanita, meninggal karena melahirkan bayi merupakan kondisi yang membuatnya disebut mati dalam keadaan husnul khotimah. Meninggal ketika nifas juga menjadi salah kondisi lain yang membuat seorang wanita mati dalam keadaan husnul khotimah.

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa syuhada’, di antaranya,

"Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke surga." (Disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkam Al-Janaiz, hlm. 53. Beliau menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

6. Kening Berkeringat

Salah satu ciri atau kondisi orang yang meninggal dalam keadaan hunsul khotimah adalah ketika keningnya berkeringat.

Dari Buraidah bin Al-Hashib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa’i, dan Ahmad)

7. Mati dalam Keadaan Mempertahankan Harta

Salah satu kondisi yang menandakan seseorang mati dalam keadaan husnul khotimah adalah ketika mati saat berusaha mempertahankan hartanya. Bahkan orang yang meninggal karena dibegal di tengah perjalanan, termasuk dalam golongan ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?"

Beliau bersabda, "Jangan kau beri kepadanya." Ia bertanya lagi, "Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?" Beliau bersabda, "Bunuhlah dia". "Bagaimana jika ia malah membunuhku?", ia balik bertanya. "Engkau dicatat syahid", jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. "Bagaimana jika aku yang membunuhnya?", ia bertanya kembali. "Ia yang di neraka", jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya