Liputan6.com, NTT - Lego-lego merupakan tarian tradisional masyarakat Pulau Alor, Nusa Tengara Timur (NTT). Tarian ini umumnya dipentaskan untuk merayakan keberhasilan akan sesuatu.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tari lego-lego biasanya menjadi penanda keberhasilan berbagai aspek kehidupan. Pasalnya, tarian ini sering diadakan atau dimainkan dalam acara pesta pernikahan, membangun mesbah, pesta keberhasilan panen, hingga sebagai tarian penyambut tamu.
Sejak zaman dahulu, tarian lego-lego juga dimainkan untuk menyambut pasukan perang yang pulang dari pertempuran dengan kemenangan. Tarian ini dimainkan oleh banyak penari, setidaknya mencapai lebih dari 50 orang.
Advertisement
Baca Juga
Alat musik yang digunakan dalam tarian ini, di antaranya tambur, moko, dan gong. Sementara untuk lagunya, lego-lego diiringi dengan lagu-lagu pengiring yang sesuai dengan jenis kegiatan yang sedang dirayakan.
Lagu pengiring pada lego-lego biasanya didahului oleh seorang pemandu yang disebut pemantun yang selanjutnya disambut oleh pemain. Tarian ini umumnya dimainkan sejak malam hingga pagi hari.
Selama tarian NTT tersebut berlangsung, juga tersedia suguhan berupa minuman beralkohol (sopi) dan sirih pinang sebagai lambang persaudaraan. Mengutip dari kikomunal-beta.dgip.go.id, tarian ini awalnya merupakan tarian yang diadakan saat upacara sebagai ungkapan rasa syukur.
Ungkapan rasa syukur tersebut dilakukan dengan mengelilingi mesbah sambil bergandengan dan menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan. Mesbah merupakan suatu benda yang disakralkan oleh masyarakat di Pulau Alor.
Selain itu, tarian lego-lego juga menggambarkan semangat persatuan dan kebersamaan masyarakat Alor melalui gerak tariannya. Hal tersebut dilihat dari para penari yang saling bergandengan dan berkumpul untuk merayakan kebahagiaan tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial, dan batasan sosial lainnya.
(Resla Aknaita Chak)