Liputan6.com, Kendari - Hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Kolaka sejak Senin (3/7/2023) hingga Selasa (4/7/2023) subuh. Akibatnya, 7 kecamatan dan 13 desa terendam banjir bandang sejak pukul 05.00 Wita hingga berita ini diturunkan.
Data BPBD Kolaka, ada tujuh kecamatan terkena dampak banjir, yakni, Kecamatan Wolo, Kolaka, Wundulako, Tanggetada, Polinggona, Watubangga dan Kecamatan Baula, sementara ada 13 desa ikut terendam.
Sejumlah desa Kecamatan Wolo terdampak banjir yakni, Desa Laonggopi, Kelurahan Tunduolo. Sedangkan, di Kecamatan Kolaka, daerah terdampak yakni di Kelurahan Sabilambo. Ketinggian banjir mencapai paha orang dewasa.
Advertisement
Wilayah lainnya, Kecamatan Wundulako daerah terdampak yakni Kelurahan 19 November. Lalu, Kecamatan Baula, daerah terdampak berada di Desa Oko-oko.
Kemudian, sejumlah desa di Kecamatan Watubangga ikut terdampak. Di antaranya, Desa Lamedai, Wolulu, Kukutio, Matausu, Ranoteta, Peoho dan Sumber Rejeki.
Baca Juga
Paling parah, banjir Kolaka terjadi di Kecamatan Polinggona. Kelurahan paling terdampak yakni, Kelurahan Polinggona. Banjir mencapai sekitar dada orang dewasa. Salah satu lokasi paling parah yakni, pesantren Baitul Arqam, banjir hampir mencapai 2 meter pada Selasa (4/7/2023) pagi.
Kepala BPBD Kolaka Akbar mengatakan, saat ini warga belum ada yang mengungsi. Mereka menunggu air surut sambil membersihkan rumah.
"Kami belum punya data pasti terkait jumlah rumah dan keluarga terdampak," ujar Akbar, dihubungi via telepon seluler, Selasa (4/7/2023) siang.
Pihaknya memperkirakan, ada ratusan rumah terendam banjir. Namun, sampai saat ini pihaknya masiuh mengumpulkan data di setiap kelurahan.
Ratusan rumah diperkirakan terendam banjir. Tinggi rendaman banjir, bervariasi mulai dari setinggi lutut hingga sekitar 2 meter lebih. Belum ada data pasti jumlah rumah terendam dan korban terdampak banjir.
Lokasi kecamatan terdampak yakni di Desa Tondo Wolio di Kecamatan Tanggetada. Lalu Kelurahan Polinggona dan Desa Lamundape di Kecamatan Polinggona. Selanjutnya, Desa Tapioho di Kecamatan Watubangga.
Saat ini, kondisi paling parah di wilayah Kecamatan Polinggona. Banjir di Kelurahan Polinggona kecamatan tersebut, banjir merendam rumah dan pemukiman hingga mencapai 2 meter.
Kondisi di Kelurahan Polinggona, paling terisolasi dari desa lainnya. Di sana, listrik mati akibat hujan deras dan banjir. Selain itu, sangat komunikasi sangat sulit dijangkau melalui saluran telepon.
Rahmad Hidayat, salah seorang warga di Watubangga, menyatakan, wilayah desa terdampak, berada di sekitar daerah aliran sungai. Sehingga, air cepat meluap dan masuk ke pemukiman.
"Tinggi Banjir Kolaka merendam pada setiap wilayah bervariasi, mulai dari setinggi lutut hingga dada orang dewasa," ujar Rahmad Hidayat.
Â
Jembatan Penghubung 2 Kabupaten Putus
Hujan deras di Kabupaten Kolaka, menyebabkan salah satu jembatan putus di wilayah Kecamatan Watubangga. Jembatan ini, menghubungkan Desa Kastura dan Desa Matausu.
Sehari-harinya, jembatan menghubungkan jalur jalan poros Kabupaten Kolaka dan Kolaka Timur. Menurut warga setempat, jembatan yang sudah dibangun sejak 10 tahun lebih, saat ini tidak bisa digunakan sama sekali.
Kepala BPBD Kolaka Akbar mengatakan, jembatan memiliki panjang sekitar 15 meter. Kondisnya, rusak parah akibat tanah amblas pada dua ujung jembatan.
"Saat ini, tidak bisa dilewati sama sekali oleh kendaraan," ujar Akbar.
Kata dia, pengendara dari dua kabupaten, menggunakan jalan alternatif. Lokasinya, berada sekitar 700 meter dari jembatan putus.
Selain itu, tanah longsor menyebabkan putusnya jalan trans Sulawesi yang menghubungkan provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Lokasinya, berada di kilometer 11 di jalan poros yang menghubungkan Kabupaten Kolaka dan Kolaka Timur.Â
Â
Advertisement
Penyebab Banjir
Penyebab banjir bandang di Kolaka yakni, hujan deras sejak Senin (3/7/2023) siang hingga Selasa (4/3/2023) subuh. Intensitasnya, cukup besar sehingga menyebabkan air di sekitar daerah aliran sungai cepat meluap dan masuk hingga ke pemukiman warga.
Hal ini diungkapkan Kepala BPB Kolaka, Akbar. Dia mengatakan, kondisi hujan yang turun hingga Selasa pagi bertepatan dengan air laut yang sedang pasang.
"Jadi, rendaman air laut di daerah hilir dekat laut menyebabkan lama surut," ujar Akbar.
Saat ini, pihak BPBD enggan berkomentar mengenai penyebab dugaan berkurangnya wilayah serapan air di sejumlah pesisir sungai. Meskipun demikian, pihak BPBD mengakui, ada sejumlah penyempitan aliran sungai yang melintas pada sejumlah kecamatan.
Diketahui, ada sejumlah lokasi perkebunan sawit di Kecamatan Polinggona, Kecamatan Watubangga dan Tanggetada. Perusahaan dimiliki oleh PT Damai Jaya Lestari. Lokasi perkebunan berada di sekitar aliran sungai yang tidak terlalu jauh dari pemukiman warga.
Â