Sepakat Perpus Bukan Cuma Gudang Buku, Kota Dumai Serius Bangun Budaya Literasi

Perpustakaan tidak lagi identik dengan gudang buku, melainkan menjadi pusat informasi pembelajaran berbasis inklusi sosial.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 20 Jul 2023, 17:31 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2023, 17:31 WIB
Literasi Dumai
Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) Kota Dumai. (Liputan6.com/ Dok Ist)

 

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dipengaruhi tingkat literasi. Hal itu diutarakan Wali Kota Dumai Paisal saat talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) bersamaan pembukaan Expo Literasi Dumai, pencanangan Gemurai (Gerakan Membaca untuk Dumai), Kamis (20/7/2023).

Membaca telah menjadi aktivitas wajib yang diperintahkan untuk dilakukan sejak zaman dahulu. Namun, pesatnya perkembangan teknologi dan digital berhasil menginterupsi kebiasaan generasi muda untuk membaca.

"Kita memerlukan kolaborasi dan inovasi yang kreatif untuk bisa memotivasi aktivitas membaca masyarakat, terutama anak-anak. Jika mereka rajin membaca pasti ilmu dan wawasannya akan bertambah," ujarnya.

Saat ini, diakui Paisal, pihaknya tengah berupaya keras meningkatkan kegemaran membaca anak-anak pelajar dengan meluncurkan sebuah buku yang berisikan teks sederhana dan gambar yang menarik untuk dibaca seluruh anak sekolah pada tingkat SD dan SMP.

Semakin membaiknya kondisi perekonomian masyarakat pascapandemi Covid-19 sudah pasti disambut sukacita oleh seluruh masyarakat Indonesia, termasuk Kota Dumai.

Iklim konsumsi pun berdampak hebat akibat pandemi tersebut. Namun, semangat bangkit masyarakat melalui aktivitas UMKM dan pelaku bisnis/industri nyata ditunjukkan guna menata kembali roda perekonomian nasional.

Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang digagas Perpusnas berkontribusi aktif dalam membantu memulihkan kondisi perekonomian masyarakat pasca-pandemi.

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Mariana Ginting mengatakan, program TPBIS yang sudah dijalankan sejak tahun 2018 di berbagai perpustakaan umum daerah dinilai efektif dalam memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya masyarakat marjinal.

Program TPBIS mendidik masyarakat yang kurang memiliki kemampuan atau keterbatasan akses digital untuk mendapatkan pengetahuan/informasi dan meningkatkan taraf hidup.

Senada dengan Deputi Perpusnas, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kersipan Kota Dumai, R. Dona Fitri Illahi, mengatakan bahwa kini perpustakaan telah bertransformasi. Tidak lagi identik dengan gudang buku, melainkan menjadi pusat informasi pembelajaran berbasis inklusi sosial.

"Saat ini, perpustakaan merupakan wadah atau sarana yang bisa memfasilitasi seluruh lapisan masyarakat untuk mengembangkan inovasi berdasarkan potensi daerahnya," katanya.

Skor indeks literasi masyarakat Kota Dumai yang berada pada angka 61,87 persen, diakui Dona belum bisa dikatakan baik sehingga ke depan harus lebih didorong. Mengingat potensi yang dimiliki Kota Dumai dengan masyarakat yang heterogen merupakan pintu menuju dunia global.

"Beberapa inovasi telah kami lakukan, seperti aplikasi baca digital lewat i-Dumai, pendirian Pojok Baca Digital (Pocadi), dan perpustakaan keliling," katanya.

 

Gerakan Literasi

Sementara itu, Pustakawan Utama Perpusnas Deni Kurniadi yang hadir dalam diskusi mengatakan, Perpusnas dalam mengemban tugasnya tidak dapat bekerja sendiri. Perlu sinergi yang mesti dibangun bersama seluruh stake holders agar mampu menghadirkan bahan bacaan berkualitas di tengah masyarakat.

"Saya mengapresiasi langkah positif Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Dumai yang bersinergi dengan pihak swasta melalui pemanfaatan dana filantropi maupun CSR untuk memastikan bahan baca hadir di tengah masyarakat," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPRD Kota Dumai, Edison, menyoroti Gerakan Literasi Nasional (GLN) untuk mendorong peningkatan literasi masyarakat yang digulirkan pada 2016 silam.

Di dalam GLN, ada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang menjadi fondasi dasar yang dibuat agar anak-anak gemar membaca. Tidak lupa disinggung dalam GLS perihal kewajiban sekolah untuk menghadirkan perpustakaan.

"Dengan menghadirkan infrastruktur perpustakaan yang bagus berdampak pada motivasi pelajar untuk datang dan membaca di perpustakaan," katanya

Namun, patut diingat kebebasan mengakses dunia digital tidak serta merta bagi siapa pun kemudian menjadi latah menyebarkan informasi tanpa sumber yang jelas. "Ini yang sering terjadi sehingga menimbulkan masalah yang pelik yang acap ditemukan di era digital saat ini," ungkap Ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin Kota Dumai, Muhammad Rizal Akbar.

Menurutnya, informasi yang baik harus didasari pada sumber yang valid, agar tidak menimbulkan opini karena salah penafsiran.

"Persoalannya, masyarakat sungguh piawai menulis status di media sosial FB. Seringkali tanpa sumber yang jelas. Ini bahaya. Karena penafsiran yang salah akan menimbulkan kerancuan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya