Liputan6.com, Pekanbaru - Belasan murid duduk bersila membentuk lingkaran di sebuah ruangan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 008 Kota Dumai, Riau. Pandangan mata tak teralihkan dari kalimat per kalimat di buku cerita di hadapan.
Tidaklah lama, hanya 15 menit sebelum para murid di Kelurahan Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan itu, masuk ruangan belajar. Pemandangan ini konon berlangsung setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
Advertisement
Baca Juga
Kepala SDN 008 Kota Dumai, Lismini, menyebut kegiatan itu dalam rangka menumbuhkan minat baca sejak dini bagi generasi penerus bangsa. Wawasan murid diharap kian bertambah selain menguasai mata pelajaran wajib.
"Hari biasa 15 menit, kalau hari Sabtu itu semuanya membaca bersama di luar kelas untuk menumbuhkan budaya membaca," kata Lismini, Senin siang, 21 Agustus 2023.
Menstimulasi budaya baca untuk memperkaya literasi bagi sekolah mitra Tanoto Foundation itu menjadi salah satu target. Ragam cara dilakukan sekolah dengan memperbanyak bacaan murid sejak dini.
Selain perpustakaan dengan sejumlah buku pelajarannya, sekolah juga membuat pojok baca. Pojok baca ini diisi buku cerita rakyat yang disumbangkan oleh wali murid.
"Pojok baca itu orangtua yang aktif mendekorasi, bekerjasama dengan guru," kata Lismini.
Upaya sekolah ini terbilang berhasil. Tidak ada murid yang malas-malasan bahkan berlomba mencari buku menarik yang tersedia di perpustakaan ataupun pojok baca.
"Yang paling dicari murid itu buku cerita," ucap Lismini.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pembelajaran Aktif
Bermitra dengan Tanoto Foundation sejak tahun 2018, para guru di SDN 008 juga menerapkan metode belajar aktif. Tidak sekedar teori tapi murid terlibat langsung dalam praktik di kelas.
Guru SDN 008 juga terlihat mengajar dengan ceria. Satu per satu murid, tanpa harus ditunjuk guru, berlomba maju ke depan kelas mempraktikkan apa yang sudah dipelajari.
Misalnya saja, pelajaran ilmu pengetahuan alam tentang anatomi tubuh manusia. Guru bahkan memberikan hadiah kepada murid yang bisa menunjuk organ tubuh pada gambar yang terpampang di papan tulis.
"Kemudian ada praktik langsung ke lapangan, menanam, berkebun, orangtua dilibatkan," kata Lismini.
Metode pembelajaran aktif ini diperoleh setelah sejumlah guru mendapatkan pelatihan dari Tanoto Foundation. SDN 008 beserta 23 sekolah lainnya hingga SMP, baik negeri ataupun swasta menjadi sekolah penggerak.
Penerapan kurikulum merdeka yang dicanangkan pemerintah pusat juga mudah diterapkan. Hal ini membuat SDN 008 menjadi sekolah tujuan masyarakat Lubuk Gaung meskipun ada sekolah negeri atau swasta lainnya.
Saat ini, murid di SDN 008 sudah 623. Pihak sekolah tidak pusing membagi ruangan dan tenaga pengajar karena ada 18 kelas, 24 rombongan belajar, guru-guru penggerak dan lingkungan cukup besar.
Â
Advertisement
Beda Kualitas
Seorang wali murid, Yosephine, mengakui sekolah ini menjadi tujuan dia menyekolahkan anaknya. Dua anaknya sekolah di sana, sementara dua lainnya di sekolah lain.
"Memang ada perbedaan dari sisi kualitas, kemudian orangtua terlibat aktif, diskusi dengan guru untuk kemajuan pendidikan anak-anak," katanya.
Di sekolah ini juga ada komunitas belajar, ruangan berbagi ilmu mengajar antara sesama guru. Semuanya di bawah panduan Theo E Lubis sebagai Distrik Coordinator Tanoto Foundation di Kota Dumai.
Theo menjelaskan, di Kota Dumai ada 24 sekolah mitra. Sebanyak 16 di antaranya merupakan SDN dan SMPN, sisanya swasta yang berada di naungan Kementerian Agama.
Â
Selangkah Lebih Dulu
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Dumai Yusmanidar menjelaskan, pelatihan yang diberikan Tanoto Foundation kepada sekolah mitra sangat terasa saat muncul program sekolah penggerak. Guru-guru yang dibina langsung lolos menjadi penggerak.
Saat Covid-19 menjadi pandemi di Indonesia, proses pembelajaran digital sudah mulai dilakukan lebih awal dari sekolah lainnya. Dinas Pendidikan Kota Dumai diajak menggaungkan belajar online lebih dahulu dari daerah lain.
"Pak Theo saat Covid menyarankan bagaimana pembelajaran secara digital, sekolah mitra kemudian mulai melakukan," ucap Yusmanidar.
Menurut Yusmanidar, materi-materi pembelajaran aktif yang dilatih sangat sesuai dengan penerapan kurikulum merdeka. Proyek nyata pemerintah ini bahkan selangkah lebih dahulu dilakukan Tanoto Foundation.
"Kami sangat berterimakasih karena ini sejalan dengan kementerian," kata Yusmanidar.
Sekolah mitra di Kota Dumai, tambah Yusmanidar, sangat terbantu dengan metode pembelajaran yang diajarkan ke guru. Guru kemudian mentransformasikan ke peserta didik.
"Anak pro aktif dalam belajar, meningkatkan kualitas pendidikan," imbuh Yusmanidar.
Yusmanidar berharap sekolah mitra di Kota Dumai makin bertambah. Pasalnya, hal ini sejalan dengan program Dumai Pintar yang saat ini dijalankan pemerintah setempat.
Advertisement