Liputan6.com, Aceh Bank Indonesia memprediksi suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) hanya akan mengalami penurunan sekali pada tahun 2025. Sementara, penurunan suku bunga ini kemungkinan besar hanya akan terjadi pada semester II-2025.
"Kita berpikirkan juga di Bank Indonesia akan lebih sedikit atau lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan semula. Kita berpikir ke depan FFR akan cut 1 kali di 2025 ini yang dilakukan di semester II," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) Bank Indonesia, Juli Budi Winantya, dalam media brieding di Aceh, Jumat (7/2/2025).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Juli, perlambatan penurunan suku bunga The Fed tersebut imbas dari tiga kebijakan utama yang diterapkan Pemerintah AS.
Advertisement
Tiga kebijakan tersebut diantaranya kebijakan tarif dagang, kebijakan pajak (tax), dan kebijakan tenaga kerja. Ketiga kebijakan ini berpotensi meningkatkan ketidakpastian global.
Prospek Inflasi AS
Ketidakpastian ini berimbas langsung pada inflasi dan prospek kebijakan moneter, termasuk penurunan Federal Funds Rate (FFR), yang diperkirakan akan lebih lambat dari yang sebelumnya diperkirakan.
"Jadi, hal tadi yang saya sebutkan kebijakan tarif, kebijakan tax, kebijakan tenaga kerja, ini mengakibatkan ketidakpastian di global. Akibatnya inflasi tadi akan lebih tinggi. Ekspektasi penurunan FFR ini tentunya berbeda-beda gitu ya. Sehingga kita akan lebih lambat dari perkiraan semula," jelasnya.
Dampak terhadap Defisit Fiskal dan Yield
Selain inflasi, kebijakan pajak yang diterapkan juga berkontribusi terhadap peningkatan defisit fiskal dan yield yang lebih tinggi. Kenaikan yield ini membuat imbal hasil investasi di Amerika Serikat menjadi lebih menarik bagi investor global.
Kondisi ini turut menciptakan ketidakpastian di pasar global, yang berdampak pada pergeseran aliran modal internasional.
"Selain FFR, tadi juga tax itu berdampak ke defisit fiskal dan ke yield, yieldnya juga akan lebih tinggi. Sehingga imbalan hasil di US akan lebih menarik. Dan ini yang mengakibatkan ketidakpastian di pasar global," ujarnya. Dampak Perlambatan Suku Bunga The Fed kepada Aliran Modal Negara Berkembang
Adapun sebagai dampak dari kebijakan ekonomi global yang menciptakan ketidakpastian, Bank Indonesia melihat aliran modal ke negara berkembang cenderung mengalami penurunan.
Investasi dari negara berkembang, yang sebelumnya mengalir ke pasar negara-negara berkembang, kini banyak yang beralih ke Amerika Serikat.
Advertisement
Modal Lari ke AS
Dengan yield yang lebih tinggi dan prospek penurunan FFR yang lebih lambat, modal cenderung berfokus ke pasar Amerika Serikat.
Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran modal ke negara-negara berkembang atau bahkan mengalami keluar (outflows) dari pasar negara berkembang.
"Ini berakibat kepada aliran modal negara berkembang. Karena tadi kondisi FFR yang penurunannya tidak sempat terkira, yieldnya juga tinggi. Ini kan harus modalnya tentunya bergeser dari negara-negara ke baik negara maju atau negara berkembang ke Amerika Serikat," pungkasnya.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)