Prabowo-Gibran Ungkap 8 Tantangan Indonesia di Masa Mendatang

Ada delapan tantangan strategis yang menjadi pertimbangan Paslon Capres Cawapres no urut 2, Prabowo-Gibran dalam menyusun visi, misi dan program periode 2024-2029.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 15 Nov 2023, 15:42 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2023, 14:14 WIB
Bakal Calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto
Bakal Calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto. (Merdeka.com/Nur Habibie)

Liputan6.com, Jakarta - Ada delapan tantangan strategis yang menjadi pertimbangan Paslon Capres Cawapres no urut 2, Prabowo-Gibran dalam menyusun visi, misi dan program periode 2024-2029.

Ketua Umum Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan, Capres dan Cawapres Prabowo-Gibran merangkumnya ke dalam 8 tantangan strategis yang dihadapi bangsa Indonesia 5 tahun ke depan.

Pertama, kata Rosan Roeslani, perubahan iklim. September 2023 adalah waktu terpanas dalam catatan sejarah bumi. Perubahan iklim bisa menyebabkan kekeringan dan hujan ekstrem yang menurunkan produksi pangan. Hal ini berpotensi meningkatkan kerawanan dan harga pangan, serta mengancam keselamatan jiwa.

Kedua, konflik bersenjata di Ukraina dan Palestina. Konflik ini kata dia, bisa meningkatkan harga pangan dan harga energi karena mengganggu kelancaran rantai pasok global. “Dan, itu sudah terjadi saat ini. Harga pangan strategis seperti beras naik tajam,” kata Rosan dalam keterangannya, Rabu (15/11/2023), di Jakarta.

Tantangan ketiga, kata Rosan, potensi konflik bersenjata di Laut Natuna Utara. Rivalitas antara dua negara adikuasa atas Taiwan bisa mengancam kelancaran rantai pasok pangan, energi, dan perdagangan yang melewati Arus Lintas Laut Indonesia dan Laut Natuna Utara.

Keempat, pelemahan ekonomi global. Pelemahan ekonomi dan kemungkinan resesi negara negara maju menekan laju permintaan produk ekspor Indonesia. Selain itu, meningkatkan suku bunga, sehingga memberikan tekanan pada Rupiah.

Kelima, disrupsi kecerdasan buatan. Hal ini masuk dalam program visi misi Prabowo Gibran. “Karena cepatnya kemajuan kecerdasan buatan dapat mengubah kebutuhan tenaga kerja di hampir semua industri dan memaksa peningkatan kemampuan tenaga kerja secara cepat,” jelas Rosan.

Keenam, lanjut Rosan, munculnya ancaman pandemi baru. Hal ini disebabkan meningkatnya suhu bumi sehingga membuka kemungkinan aktifnya kembali virus-virus dari masa lalu. Sehingga dapat menyebabkan merebaknya pandemi baru tidak hanya untuk manusia, tetapi juga hewan, dan tumbuhan.

Tantangan selanjutnya kata Rosan, terbatasnya waktu bonus demografi. Di mana Indonesia diprediksi hanya punya 13 tahun untuk keluar dari perangkap negara berpenghasilan menengah (middle income trap). Atau berisiko jadi negara yang tua sebelum kaya.

Dan, tantangan terakhir atau kedelapan adalah meningkatnya populasi. Indonesia harus meningkatkan penelitian pangan melalui percepatan penggunaan mekanisasi bidang pertanian. "Dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada perang, perubahan iklim, dan krisis pangan,” tutup Rosan.

 

SImak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya