Mengurai Benang Kusut Perdagangan di Ruang Digital, Pelaku UMKM Diminta Kuasai Teknologi

Upaya untuk memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus diprioritaskan pemerintah Indonesia. Berbagai platform digital yang tersedia, diharapkan menjadi wadah untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Apalagi, di tengah persaingan dengan produk impor yang menghiasi pasar domestik.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 26 Mar 2024, 23:26 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2024, 22:14 WIB
Digital
Foto: Unsplash.com/ Marvin Meyer

Liputan6.com, Jakarta - Upaya untuk memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus diprioritaskan pemerintah Indonesia. Berbagai platform digital yang tersedia, diharapkan menjadi wadah untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Apalagi, di tengah persaingan dengan produk impor yang menghiasi pasar domestik.

Sebagai salah satu instansi yang bertanggung jawab di bidang teknologi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ikut mengambil peran dalam mengurai benang kusut perdagangan di ruang digital. Pihaknya mendorong UMKM agar memanfaatkan lokapasar atau e-commerce untuk memperluas pangsa pasar.

Sebab, peranan digitalisasi menjadi penting dalam mengakselerasi penetrasi pasar untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Hal ini juga menjadi pemantik semangat pelaku UMKM untuk turut beradaptasi terhadap teknologi dan digitalisasi.

Dosen sekaligus pengusaha atau dosenpreneur, Dian Ikha Pramayanti, menilai transformasi digital membuat para pelaku UMKM harus beradaptasi dengan berbagai perubahan. Misalnya, mereka harus memahami dinamika pasar digital, kecakapan menggunakan teknologi, pemahaman transaksi digital, pemasaran dan strategi online.

"Berinteraksi, berkolaborasi dan berwirausaha di dunia digital dengan baik dan sesuai etika di dunia nyata serta dengan keterampilan digital yang mumpuni," ungkap Dian Ikha Pramayanti, saat diskusi dalam Program Indonesia Makin Cakap Digital, Senin (25/3/2024).

Dian Ikha juga mengajak pelaku UMKM untuk dapat menjalin hubungan baik dengan para pelanggan dan meningkatkan kualitas produk serta inovasi. Hal ini diharapkan, agar produk lokal dapat bersaing dengan produk impor di ruang digital. Apalagi harga produk impor berada jauh di bawah harga produk lokal.

Dirinya juga menilai bisnis online saat ini lebih unggul dibandingkan dengan bisnis konvensional. Selain sangat fleksibel, menggunakan metode ini memiliki akses global, kecepatan respon dan pendekatan berbasis data. Namun, untuk menjawab hal tersebut dibutuhkan kemampuan cakap digital.

"Dunia digital sangat dibutuhkan dalam berbisnis. Jadi, sadari dan edukasi diri, untuk meningkatkan kemampuan digital dapat bertahan di era teknologi,"tambahnya.

Dian juga memberikan tips aman ketika berbelanja online dengan melihat rekam jejak penjual, melakukan transaksi melalui platform resmi dan waspada terhadap harga yang terlalu murah. Kemudian, simpan bukti pembelian dan gunakan metode pembayaran yang aman serta terjamin.

"Terus berkarya, berusaha, dan berproses dalam mengembangkan tekonologi era digital. Karena teknologi adalah pendukung hidup manusia," sambungnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Platform Digital

Digital
Tangkapan layar diskusi Kominfo

Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Udayana Bali, Ni Made Ras Amanda berpandangan, penggunaan lokapasar dalam memasarkan produk memiliki beberapa kelebihan. Antara lain, memiliki jangkauan yang luas, tidak adanya batasan waktu dan menghemat biaya.

Merujuk dari data pengguna internet Indonesia pada Januari 2024, rata-rata masyarakat menghabiskan waktu menonton TikTok selama 38 jam 26 menit dalam dalam satu bulannya. Kemudian, potensi beriklan melalui platform ini juga dapat menjangkau 126,8 juta jiwa atau sekitar 45,5% dari total populasi dengan usia 18 tahun ke atas.

"Terbukti, jumlah audience TikTok lebih banyak dengan platform lainnya. Inilah yang terjadi karena pangsa pasar dan jangkauannya yang luar biasa," Ni Made Ras Amanda menimpali.

Meski demikian, kehadiran Tiktok juga menuai pro dan kontra. Semisal, harga yang lebih murah dari produk lokal, banjirnya produk asing, kalahnya produk lokal, pedagang konvesional kian terpinggirkan, pembeli mudah tertipu dan kecanduan belanja online. "Berjualan di Tiktok ada tiga cara, yaitu dengan melakukan siaran langsung atau live, kemudian TikTok Shop Tab dan Product Catalog," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Informatika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Cecep Nurul Alam mengatakan, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi serba digital, akan menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas salah satunya belanja online.

Sayangnya, tingginya aktivitas digital membuka potensi aktivitas kejahatan, seperti penipuan dan pencurian akun. Maka dari itu, diperlukan pemahaman keamanan digital yang memadai bagi para pelaku UMKM dan masyarakat umumsebagai konsumen.

"Cara menangkal penipuan bagi konsumen adalah dengan mencari rekomendasi, informasi, jangan mudah percaya, simpan bukti transaksi dan minta nomor resi pengiriman," terangnya.

Ia juga mengutarakan, jika modus kejahatan siber yang dilakukan penipu kepada calon konsumen, umumnya dengan memberikan harga yang rendah dari pasaran, menawarkan produk yang belum beredar, promo diskon bonus menarik, memberikan resi palsu, mengklaim toko orang lain.

"Menjadi pelaku usaha online perlu beretika. Prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran, keramahan dan tidak boleh menjelekan bisnis orang lain,"Cecep Nurul Alam mengakhiri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya