Apakah Wilayah Bandung Raya Terdampak Heat Wave alias Gelombang Panas? Simak Penjelasan BMKG

Suhu di Bandung di antaranya dipengaruhi dari beberapa faktor antara lain gerak semu matahari dan kondisi tutupan awan.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 31 Mei 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2024, 10:00 WIB
Bandung
Wajah Kota Bandung terlihat dari wilayah perbukitan Bandung Utara, 2022. (Dikdik Ripaldi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bandung - Heat Wave atau gelombang panas dikabarkan terasa di beberapa negara, seperti India. Dilaporkan, cuaca panas di sana bahkan menyebabkan korban jiwa. Lalu, apakah gelombang panas juga akan dirasakan di Jawa Barat, khususnya di Bandung Raya?

Menurut Forecaster on Duty (FoD) BMKG, Stasiun Geofisika Bandung, Yuni Yulianti, kondisi cuaca yang relatif panas di wilayah Bandung, umumnya di Jawa Barat, dinilai masih dalam kategori normal. Saat ini, berada pada akhir musim peralihan, menjelang musim kemarau.

"Akhir Mei memasuki awal Juni ini, di Bandung khususnya masih masuk pada periode akhir masa peralihan dari penghujan ke kemarau," katanya saat dihubungi, Kamis, 30 Mei 2024.

Berdasarkan catatan BMKG, katanya, pada periode April-Mei suhu maksimum di wilayah Bandung Raya berada di kisaran 31,6-32 derajat, pengaruh dari beberapa faktor antara lain gerak semu matahari dan kondisi tutupan awan.

Posisi matahari saat ini berada tidak jauh dari ekuator di belahan bumi utara, menyebabkan wilayah ekuator mendapatkan penyinaran matahari yang maksimum. Kondisi tersebut juga berkaitan dengan tutupan awan di wilayah Bandung Raya teramati mulai menipis.

Selain itu, sambung Yuni, suhu panas juga disebabkan oleh faktor kelembapan dan dominasi angin timuran.

"Jadi untuk yang beberapa hari ini terasa panas karena posisi matahari atau gerak semu harian matahari, kemudian tutupan awannya yang sudah mulai sedikit, dan kelembaban yang juga sudah mulai rendah," katanya. "Kondisinya, masih dalam kategori normal tidak termasuk ekstrem," tegas Yuni.

Dengan demikian, berdasarkan pengamatan BMKG, wilayah Bandung tidak terdampak heat wave atau gelombang panas ekstrem. "Betul (tidak terdampak)," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Prediksi Kondisi Kemarau

Meski Bandung Raya masih dinyatakan berada di akhir musim peralihan, tapi sejumlah daerah lain di Jawa Barat telah memasuki awal musim kemarau seperti di bagian utara.

"Misalnya Kuningan, Indramayu, Cirebon, sudah memasuki awal kemarau. Jadi, di April kemarin dimulai dasarian III," katanya.

Bandung diprediksi baru memasuki musim kemarau pada awal pekan bulan Juni. Meski hujan diprediksi sesekali masih turun, Yuni mengatakan, berdasaran dinamika atmosfer laut serta suhu permukaan air laut di wilayah Indonesia, pengaruh enso baik El Nino maupun La Nina di musim kemarau diprediksi normal.

"Suhu maksimum di Juni-Juli-Agustus diprediksi masih kisaran normal, di Jawa Barat itu 30-35 derajat celcius. Kota Bandung di kisaran antara 30-34 derajat. Sebelumnya, suhu maksiumum pada Oktober 2023 pernah mencapai 36,8 derajat Celsius," katanya.

Meski, BMKG juga mencermati ada indikasi pengaruh La Nina di ujung musim kemarau sekitar Oktober 2024 mendatang. Meski dalam pengaruh yang lemah.

"Tidak terlalu signifikan terhadap cuaca. Umumnya musim kemarau normal," jelasnya.

"Tetapi suhu minimum di Juli Agustus itu dingin, karena ada udara yang dingin dan kering dari Australia. Suhu dinginnya diprediksi akan terasa di 17-18 derajat. Pagi hari dingin, siang hari panas," Yuni melanjutkan.

Masyarakat pun direkomendasikan menjaga kesehatan sebab kondisi cuaca sangat bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan.

"Memperbanyak minum air putih dan mengonsumi buah sayur, juga untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, jika harus beraktivitas diimbau menggunakan pelindung seperti topi, payung," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya