Pemprov Jabar Targetkan Produksi Gabah Kering Giling 11 Juta Ton

Produksi gabah kering giling (GKG) dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat akan ditingkatkan dari semula 9 juta ton menjadi 11 juta ton.

oleh Arie Nugraha diperbarui 04 Jul 2024, 17:27 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2024, 13:00 WIB
Sekda Jabar Herman Suryatman
Sekda Jabar Herman Suryatman melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi program pompanisasi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Rabu (3/7/2024). (sumber foto: Dokpim Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menargetkan 11 juta ton produski gabah kering giling sepanjang tahun 2024.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jabar Herman Suryatman hal itu berkaitan dengan program perluasan areal tanam melalui pompanisasi, produksi gabah kering giling (GKG) dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat akan ditingkatkan dari semula 9 juta ton menjadi 11 juta ton.

"Kami Pemdaprov Jabar bersama Pemda Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat memiliki komitmen untuk produksi pertanian paling tidak untuk produksi gabah yang 9 juta ton GKG akan ditingkatkan menjadi 11 juta ton GKG," ujar Herman saat memantau dan evaluasi program Pompanisasi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Rabu (3/7/2024).

Pompanisasi merupakan program irigasi sawah dengan menggunakan sistem pipa yang terpasang dari sungai serta air tanah ke sawah-sawah, fungsinya dirancang untuk memastikan ketersediaan air di musim kering.

Program ini sudah mulai diterapkan di Jabar. Kementerian Pertanian memberikan kepada Provinsi Jabar sebanyak 7.000 alat pompa yang pelaksanaan pemasangannya hari ini dipantau langsung oleh Sekda Jabar Herman Suryatman.

"Program pompanisasi di Jawa Barat sudah mulai efektif berjalan. Ada kurang lebih 7.000 yang sudah didrop Kementerian Pertanian, sekitar 1.900 yang sudah digunakan, dan sisanya sedang diakselerasi untuk digunakan secepatnya," kata Herman.

Di Desa Wanasari, Kabupaten Indramayu, Herman memantau langsung pelaksanaan pompanisasi. Total lahan seluas 75 hektare dan yang sedang diairi dengan mesin pompa sekitar 20 ha.

Untuk meningkatkan produksi, dalam beberapa hari ke depan Pemdaprov Jabar juga akan mengirimkan alat pompa agar seluruh area terkover pengairannya.

 

Penjelasan Kelompok Tani

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Desa Wanasari Taryono mengatakan, program pompanisasi di Indramayu sangat membantu dalam mempercepat masa tanam.

"Dengan adanya bantuan pompanisasi itu bisa mempercepat musim tanam, pak. Sebelumnya lambat, sekarang lebih cepat. Semula dalam satu tahun dua kali (tanam), sekarang, insyaallah, tiga kali bisa, pak," kata Taryono.

Herman menyatakan bahwa bantuan dari Kementerian Pertanian dan Presiden RI yang telah memberikan dukungan nyata untuk Jabar, khsusnya di Indramayu sebagai lumbung padi nasional sangat berdampak besar

"Terima kasih pak menteri pertanian, terima kasih bapak presiden. Mudah-mudahan ini bisa meningkatkan indeks pertanaman dan memperluas areal tanam di Jabar sebagai lumbung padi nasional," ujar Herman.

Pemerintah Jabar Optimalisasi Lahan dan Pompanisasi

Sebelumnya, Pemprov Jabar sedang mengoptimalkan lahan dan pompanisasi guna memacu produktivitas hasil pertanian. Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman mengutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen padi di Jabar mencapai sekitar 1,58 juta hektare pada 2023. Sedangkan produksi padi pada tahun yang sama mencapai sekitar 9,14 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

"Target produksi padi Jabar pada 2024 sebesar 11 juta ton GKG. Target produksi padi tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan luas tanam melalui dua strategi, yaitu peningkatan Indeks Pertanaman dan Perluasan Areal Tanam," ujar Herman saat memimpin Rapat Koordinasi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan Kabupaten Kota se-Jabar di Kantor Gubernur Jabar, Gedung Sate, Kota Bandung, ditulis Selasa (2/7/2024).

Herman menyebutkan kedua strategi tersebut dapat dilakukan diantaranya melalui optimalisasi lahan dan pompanisasi.

Herman menuturkan, pompanisasi diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi potensi gagal panen akibat kekeringan. Dengan begitu, produktivitas pertanian dapat terjaga meski di musim kemarau.

"Pemerintah sedang mengakselerasi program pompanisasi, dan Insyaallah Provinsi Jabar serapan dan realisasinya paling tinggi," kata Herman.

Program pompanisasi ini sebut Herman, akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan petani di Provinsi Jabar.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian sendiri sudah menyatakan bahwa pihaknya mengalokasikan bantuan pompanisasi sebanyak 2.500 titik untuk akselerasi perluasan tanam sawah tadah hujan di Jabar.

 

Pompanisasi

Dilansir laman Sampul Pertanian, pompanisasi merupakan upaya dalam mengatasi atau mengantisipasi kekeringan pada lahan pertanian yang bisa mengakibatkan terjadinya gagal tanam ataupun terjadinya gagal panen.

Pompanisasi ini sering dilakukan oleh para petani pada musim tanam bulan-bulan kering seperti kisaran bulan Agustus sampai bulan September.

Penanaman pada bulan-bulan tersebut sangat riskan sekali dilakukan dikarenakan debit air didalam tanah telah berkurang selain itu juga debit air pada sungaipun terkadang kering total. Langkah pompanisasi ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Ada beberapa cara yuntuk dilakukan pompanisasi ini, pada umumnya para petani melakukan pompanisasi pada aliran sungai dengan dilakukannya penyedotan dengan menggunakan pompa.

Pompa diletakkan dipinggir sungai dengan tujuan penedotan tidak terlalu membebani mesin. Kemudian air yang disedot tadi melalui pipa langsung dialirkan ke petakan sawah atau lahan yang membutuhkan air.

Sedangkan jika debit sungai kurang atau kering, petani bisa membuat sumur pantek atau masyarakat menyebutnya sumur bor.

Pompanisasi ini memerlukan dana lebih dikarenakan petani terlebih dahulu membuat sumur bor, harga sumur bor relatif tergantung letak dan kedalaman pembuatan sumur tersebut.

Pompanisasi dengan sumur pantek ini tidak berbeda dengan pompanisasi yang dilakukan di sungai. Pompa disimpan dipinggir sumur pantek kemudian dilakukan penyedotan yang selanjutnya air dialiri ke petakan atau lahan yang membutuhkan air.

Sumur pantek ini sering menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyrakat, ada beberapa masyarakat berpikir dengan banyaknya yang menggunakan sumur pantek akan berpengaruh kepada debit air yang ada pada sumur-sumur dilingkungan tempat tinggal.

Terlepas dari pro dan kontranya pompanisasi dengan pantek ini alangkah bijaknya kita semua bisa memanfaatkan air sesuai kebutuhan. Jangan membuang ataupun menyia-siakan air yang ada.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya