Petani Lampung Gelar Upacara HUT RI di Lahan yang Terancam Digusur

Para petani mengaku belum mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya dalam memaknai HUT kemerdekaan ke-79 ini karena ratusan lahan garapan mereka telah digusur oleh pemerintah setempat.

oleh Ardi Munthe diperbarui 17 Agu 2024, 14:24 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2024, 14:20 WIB
Ratusan petani menggelar upacara HUT Kemerdekaan RI ke-79 di lahan garapan petani Kota Baru, Lampung Selatan.  Foto : (Liputan6.com/Ardi).
Ratusan petani menggelar upacara HUT Kemerdekaan RI ke-79 di lahan garapan petani Kota Baru, Lampung Selatan. Foto : (Liputan6.com/Ardi).

Liputan6.com, Lampung - Ratusan petani yang tergabung dalam Serikat Petani Lampung menggelar upacara HUT Kemerdekaan ke-79 RI di lahan garapan singkong Kota Baru, Desa Sindang Anom, Lampung Timur, Sabtu (17/8/2024). 

Kegiatan upacara itu digelar tak jauh dari kompleks Kota Baru, berlangsungnya upacara HUT ke-79 RI yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, ratusan petani yang berasal dari Desa Sindang Anom, Lampung Timur dan Desa Sinar Rejeki- Purwotani, Lampung Selatan mulai berkumpul sejak pukul 08.30 WIB menggelar upacara.

Para petani mengaku belum mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya dalam memaknai HUT kemerdekaan ke-79 ini karena ratusan lahan garapan mereka terancam digusur oleh pemerintah setempat.  

Koordinator Petani Desa Sindang Anom, Sutini mengatakan, menggelar upacara di sekitar lahan garapan singkong itu supaya pemerintah setempat menyaksikan dan tahu kondisi para petani di Kota Baru.

"Apa yang kami rasakan di sini itu biar kita dipedulikan dengan pemerintah, karena posisinya lahan kita itu terancam penggusuran terus, jadi sandang pangan kita di situ dan kita peduli bahwasanya hak tanam tumbuh tetap harus diperjuangkan untuk anak cucu buyut kita, jadi jangan sampai pemerintah itu buta," ujar Sutini, usai mengikuti upacara Kemerdekaan HUT RI ke-79, Sabtu (17/8/2024).

Dia menerangkan, ada sebanyak 800 hektar lahan garapan yang akan digusur oleh pemerintah setempat. 

"Semuanya ada sekitar 700 sampai 800-an hektar yang akan digusur, bina lah kami sebagai petani yang dilindungi hukum, kerja sama dengan pemerintah karena memang benar-benar kita itu terancam kehancuran kalau sampai digusur, masyarakat itu mau jadi apa, petani itu mau jadi apa, jeritan para perjuang-pejuang kita dahulu saat memperjuangkan kemerdekaan kan kecewa kalau mengetahui rakyatnya malah menderita," kata Sutini.

Dia menuturkan, pada Sabtu 16 Maret 2024 lalu, dua hektare lahan garapannya pernah digusur oleh pemerintah setempat, ingatan pahit itu pun masih membekas di dalam benaknya. 

"Tanaman singkong saya umur 3 bulan hancur digusur, padahal itu sumber kehidupan keluarga saya. Makanya saya siap berjuang di sini, biar pemerintah tahu jeritan tangis para petani di sini," lirihnya.

Dia menambahkan bahwa sudah berupaya semaksimal mungkin mengatasi permasalahan yang dialami oleh para petani setempat. Bahkan sampai bertemu dengan legislator, namun tak kunjung ada solusi.

"Saya sudah unjuk rasa beberapa kali, sudah ketemu sama Komisi I, Komisi II. Tapi katanya mau ditemukan bareng duduk bareng, malah sampai sekarang belum ada, dan penggusuran tetap saja dilanjutkan dan dilanjutkan," pungkasnya.

Dia berharap, dengan diselenggarakannya kegiatan upacara di sekitar lahan garapan Kota Baru itu dapat membuka kan mata hati pemerintah setempat, supaya lebih perduli nasib para petani.

"Semoga pemerintah tidak tuli dan buta, kami hanya ingin mendapatkan keadilan. Kami hanya minta dilibatkan sebagai petani binaan pemerintah, agar mata pencarian kami berlanjut," pungkasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya