Serba-serbi Tas Noken, Kerajinan Unik Khas Papua yang Diakui UNESCO

Kehadiran tas noken seolah mempertegas kekayaan hasil kerajinan masyarakat Papua. Tas ini juga menjadi salah satu keunikan yang cukup ikonis selain makanan dan budayanya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Agu 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 12:00 WIB
Noken
Noken (dok.Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Papua - Tas noken merupakan kesenian tradisional khas Papua yang telah diakui UNESCO. Tas unik ini terbuat dari serat kulit kayu.

Kehadiran tas noken seolah mempertegas kekayaan hasil kerajinan masyarakat Papua. Tas ini juga menjadi salah satu keunikan yang cukup ikonis selain makanan dan budayanya.

Mengutip dari berbagai sumber, tas noken biasanya dibuat dari serat kulit kayu pohon nenduam, pohon nawa, atau anggrek hutan. Tas ini kerap digunakan masyarakat untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari atau membawa hasil pertanian, seperti sayuran, umbi-umbian, atau barang dagangan lainnya.

Ukurannya pun bervariasi, mulai dari ukuran kecil hingga jumbo. Masyarakat Papua menggunakan noken berukuran besar (yatoo) untuk membawa kayu bakar, barang belanjaan, tanaman hasil panen, hingga menggendong anak. 

Adapun tas berukuran sedang (gapagoo) biasanya digunakan untuk membawa belanjaan dengan jumlah sedang. Sementara tas berukuran kecil (mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi dan kerap menjadi tas sekolah anak-anak sekitar.

Tak seperti tas pada umumnya yang dipakai dengan cara digantungkan ke pundak punggung, atau dijinjing. Tas noken dibawa dengan cara menggantungkannya di kepala atau dahi.

Tas noken bukan sekadar tas yang digunakan sebagai wadah berbagai keperluan. Tas noken Papua juga memiliki filosofi yang kerap dikaitkan dengan simbol kehidupan yang baik dan cinta perdamaian.

 

Simbol Kesuburan

Tas ini juga menyimbolkan kesuburan bagi masyarakat tanah Papua, terutama mereka yang tinggal di daerah Pegunungan Tengah Papua, seperti suku Yali, Suku Lani, Suku Damal, dan Bauzi. Menariknya, hanya perempuan Papua asli yang boleh membuat tas tradisional ini.

Tak heran jika para perempuan sudah diajari membuat noken sejak kecil. Noken juga merupakan perlambang kedewasaan perempuan.

Proses pembuatan tas noken cukup rumit karena masih menggunakan cara manual. Bahan baku kayu yang akan digunakan sebagai bahan utama akan diolah, dikeringkan, dan dipilah serat-seratnya.

Kemudian, bahan dipintal secara manual menjadi benang atau tali. Pewarnaan pada noken pun dilakukan menggunakan pewarna alami.

Untuk membuat tas kecil biasanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga minggu. Sementara untuk tas berukuran besar bisa menghabiskan waktu tiga minggu hingga tiga bulan.  

Beragam keunikan yang dimiliki akhirnya membawa tas noken ditetapkan sebagai hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO pada 4 Desember 2012. Penetapan ini dilakukan oleh Arley Gill sebagai Ketua Sidang Komite Antar-Pemerintah ke-7 untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda di Markas UNESCO di Paris, Prancis.

 

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya