Kasus Perundungan di Garut Berakhir Damai, Keluarga Korban Maafkan Pelaku: Kasihan Mau Ujian Nasional

Demi rasa kemanusiaan dan mempertimbangakan UU Perlindungan Anak, keluarga korban lebih memilih untuk memaafkan kedua pelaku perundungan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 21 Agu 2024, 10:39 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 10:39 WIB
Para perwakilan kedua sekolah SMPN di Garut, KPID Tasikmalaya, para orang tua pelaku dan korban saat melakukan mediasi dalam kasus aksi perundungan siswa SMPN di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Para perwakilan kedua sekolah SMPN di Garut, KPID Tasikmalaya, para orang tua pelaku dan korban saat melakukan mediasi dalam kasus aksi perundungan siswa SMPN di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Aksi perundungan siswa SMP yang melibatkan satu korban dan dua pelaku dari dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Garut, Jawa Barat, akhirnya berakhir damai, setelah kedua orang tua kedua belah pihak, memilih jalan islah atau damai.

"Demi rasa kemanusiaan dan mempertimbangakan UU Perlindungan Anak, saya lebih memilih untuk memaafkan kedua pelaku yang telah melakukan perbuatan tak pantas kepada anak saya," ujar Indra Ramdani, orangtua HFM (13) yang menjadi korban perundungan, beberapa waktu lalu, saat dikonfirmasi, Selasa (20/8/2024).

Menurutnya, setelah video aksi perundungan siswa SMP di Garut viral di media sosial, kedua pihak sekolah langsung melakukan upaya mediasi mengumpulkan orang tua pelaku dan korban.

"Saya lihat juga para pelaku sebentar lagi mau ujian nasional, kasihan kalau sampai dikeluarkan akan masa depannya," kata dia.

Tidak hanya itu, mempertimbangkan latar belakang kedua pelaku yang berasal dari keluarga tidak mampu dengan kondisi keluarga yang broken home atau tidak utuh, Ia lebih memilih untuk mengambil jalan damai atau islah dalam persoalan yang merugikan anaknya itu.

"Sebenarnya pihak sekolah sudah mengeluarkan kedua pelaku, tapi saya kasian melihat keduanya, saya minta untuk kembali dimasukan ke sekolah, minimal bisa mengikuti ujian nasional agar masa depannya bisa terjaga," kata dia.

Bahkan setelah dilakukan mediasi antara dirinya dengan kedua pelaku, FH dan FZ mengaku ingin melanjutkan sekolah dan ingin kembali berkumpul dengan rekan sejawatnya.

"Anaknya mengakui semua kesalahan dan meminta maaf dan berharap untuk kembali sekolah," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tingkatkan Pengawasan Sekolah

Para perwakilan kedua sekolah SMPN di Garut, para orang tua pelaku menandatangai bukti islah atau damai kasus aksi perundungan siswa SMPN di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Para perwakilan kedua sekolah SMPN di Garut, para orang tua pelaku menandatangai bukti islah atau damai kasus aksi perundungan siswa SMPN di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Akhirnya setelah mediasi yang difasilitasi KPID Tasikmalaya, KPAI Garut, Komite dari kedua sekolah, Kelurahan, Babinmas dan Bahinmas, hingga pengawas dinas pendidikan Garut usai, aksi perundungan siswa smp berakhir damai dan meminta seluruh persoalan hukum yang menyangkut kedua pelaku diminta untuk dihentikan.

“Tapi saya belum mencabut laporan perkara kedua anak itu, mungkin besok atau lusa saya mencoba mencabut laporannya untuk menyelamatkan nasib kedua pelaku,” kata dia.

Selain itu, ia meminta kedua sekolah untuk meningkatkan pengawasan kepada siswa didik hingga memberikan rasa aman bagi mereka.

“Khusus kepada sekolah anak saya minta jaminan ada perlindungan keamanan bagi anak saya minimal satu bulan ke depan, dari mulai ke sekolah hingga pulang ke rumah dalam kondisi aman,” pinta dia.

Sebelumnya, aksi perundungan siswa SMP yang melibatkan dua sekolah menengah pertama (SMP) di Garut, Jawa Barat, viral di media sosial. Dalam video yang beredar, korban siswa salah satu siswa SMPN di Garut, mendapatkan kekerasan yang dilancarkan pelaku dari SMPN lainnya.

Korban mendapatkan pukulan bertubi-tubi, injakan hingga tendangan yang mengenai kepala korban. Akibatnya, HFM (13), korban mengalami luka memar di kepala, wajah, dan bagian tubuh lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya