Liputan6.com, Yogyakarta - UGM dan Microsoft sepakat menjalin kerja sama dalam pengembangan dan penggunaan AI di bidang pendidikan. Rektor UGM, Ova Emilia mengatakan kerja sama ini bermanfaat dalam lingkup kegiatan tridharma perguruan tinggi. Ova menjelaskan kerja sama antara UGM dan Microsoft telah berjalan selama sepuluh tahun sejak tahun 2014. Melalui penandatanganan nota kesepahaman terbaru ini, dapat membuka kesempatan bagi fakultas, prodi, maupun pusat studi di UGM melakukan kerja sama dalam berbagai bentuk kegiatan. “Direktorat Teknologi Informasi (DTI) UGM, misalnya, telah membuat chatbot AI yang mampu digunakan oleh sivitas akademika," ujarnya Kamis 5 September 2024.
Baca Juga
Advertisement
Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir menyebut kesempatan kerja sama ini menjadi momentum baik, apalagi kini telah menjelang era baru, yakni era kepintaran buatan atau artificial intelligence (AI). Ia berharap peluang pemanfaatan AI dapat ditangkap dengan kerja sama dengan perguruan tinggi. “Banyak peluang muncul dengan kehadiran AI. Momentum ini tidak boleh kita manfaatkan sebagai pengguna saja, tetapi juga sebagai bagian yang turut menghadirkan dan menciptakan AI dengan beragam kebermanfaatan, yang misalnya membantu menyelesaikan permasalahan dunia pendidikan,” ujar Dharma.
Dharma mengatakan komitmen penggunaan AI di Microsoft ini dianalogikan seperti pilot dan kopilot. Dalam hal ini, manusia menjadi pilot yang menentukan pengambilan keputusan, sedangkan AI menjadi kopilot yang membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. “Kami berharap kerja sama ini mampu menghasilkan talenta-talenta yang paham dan menguasai pengembangan AI sehingga mampu menjembatani antara dunia pendidikan dan industri,” harapnya.
Bentuk kerja sama antara UGM dan Microsoft dalam jangka waktu tiga tahun ke depan ini, menurut Kepala Biro Transformasi Digital UGM, Mardhani Riasetiawan, penggunaan dan perkembangan AI di UGM akan digarap bersama Microsoft. Ia mengatakan ke depannya akan didirikan UGM Center for AI, yaitu sebuah pusat komunitas yang aktif bergerak di bidang kecerdasan buatan. Selain itu, UGM dan Microsoft juga tengah menggarap beberapa proyek. “Salah satu hal yang tengah disiapkan adalah research assistant AI yang bekerja sama dengan Microsoft, yang bisa digunakan oleh sivitas akademika untuk mempermudah dalam proses riset,” sebut Mardhani.
Inovasi lainnya yang tengah disiapkan adalah chatbot AI yang nantinya akan membantu beberapa layanan seperti layanan kesehatan sebagai teman konsultasi. Mardhani tidak menutup kemungkinan bahwa model AI ini juga dapat dikembangkan sebagai tenaga pelayanan lain seperti literasi bahasa dan ilmu kedokteran.
Arief Suseno Education Lead Microsoft Indonesia menyebutkan penerapan kerja sama Microsoft dengan UGM seperti pengembangan dan penerapan AI di berbagai disiplin ilmu yang akan didukung oleh hadirnya Pusat AI UGM. Pengembangan ini, nantinya menerapkan kolaborasi pada tata kelola AI yang bertanggung jawab dan etis. “Kami juga telah menyediakan kurikulum pengajaran AI sehingga dosen dapat menggunakannya di ruang kelas. Kami juga menyediakan mesin Azure Open AI yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen secara gratis. Pengguna juga diberikan saldo sebesar 100 dollar untuk mengakses di luar 85 kursus gratis yang tersedia,” ungkap Arief.
Adanya kerja sama ini diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri.