Inilah Negara-Negara yang Kini Tinggal Sejarah

Mengutip dari berbagai sumber, berikut adallah tiga negara yang kini tinggal sejarah

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Des 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2024, 01:00 WIB
Zaire dikalahkan Yugoslavia 0-9 pada Piala Dunia 1974 (Wikipedia Commons)
Zaire dikalahkan Yugoslavia 0-9 pada Piala Dunia 1974 (Wikipedia Commons)

Liputan6.com, Yogyakarta - Perubahan peta politik dunia adalah fenomena yang tak terhindarkan. Negara-negara lahir, berkembang, dan tak jarang mengalami disintegrasi.

Gran Colombia, Yugoslavia, dan Rhodesia adalah tiga contoh negara yang pernah berdiri namun kini hanya menjadi halaman sejarah. Mengutip dari berbagai sumber, berikut adallah tiga negara yang kini tinggal sejarah:

1. Kolombia Raya

Negara besar yang dibentuk oleh Simon Bolivar pada tahun 1819 dan hanya bertahan selama 11 tahun. Negara ini pecah akibat konflik internal dan perbedaan kepentingan politik yang mendalam menjadi empat negara bagian.

Gran Colombia mencakup wilayah yang saat ini meliputi Kolombia, Ekuador, Venezuela, dan Panama. Negara ini merupakan hasil perjuangan kemerdekaan dari kekuasaan kolonial Spanyol di kawasan Amerika Selatan.

Meskipun awalnya memiliki cita-cita bersatu, Gran Colombia akhirnya bubar pada tahun 1831 akibat berbagai faktor kompleks. Perpecahan tersebut dipicu oleh perbedaan pandangan politik yang tajam antara para pemimpin, terutama antara pendukung federalisme dan sentralisme.

Ketegangan regional yang semakin memperparah situasi, ditambah dengan pemberontakan yang terjadi di Venezuela. Setelah bubarnya Gran Colombia, wilayah tersebut terpecah menjadi empat negara merdeka: Kolombia, Ekuador, Venezuela, dan Panama.

2. Yugoslavia

Yugoslavia adalah negara multietnis yang terletak di kawasan Balkan, yang awalnya terbentuk pada tahun 1918 pasca Perang Dunia Pertama. Awalnya bernama Kerajaan Serb, Kroat, dan Slovene, kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Yugoslavia pada tahun 1929.

Setelah Perang Dunia Kedua, negara ini berubah menjadi negara sosialis di bawah kepemimpinan Josip Broz Tito, yang berhasil menyatukan berbagai kelompok etnis dalam satu kesatuan negara. Akan tetapi, setelah wafatnya Tito pada tahun 1980, ketegangan etnis, political, dan ekonomi mulai memanas.

Pada tahun 1990-an, kombinasi faktor kompleks seperti narsionalisme, krisis ekonomi, dan perbedaan ideologis antarkelompok etnis memicu proses disintegrasi. Hasilnya, Yugoslavia pecah menjadi tujuh negara Merdeka.

Negara-negara tersebut yakni Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Macedonia (sekarang North Macedonia), dan Kosovo. Perang saudara yang brutal mengiringi proses perpecahan ini, menghasilkan konflik berdarah dan pelanggaran hak asasi manusia yang kemudian diselesaikan melalui intervensi internasional.

3. Rhodesia

Rhodesia adalah negara yang eksis di Afrika dari tahun 1965 hingga 1980, yang ditandai oleh serangkaian peristiwa signifikan dalam perjalanan politiknya. Pada 11 November 1965, Rhodesia Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya dari Britania Raya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Republik Rhodesia pada 2 Maret 1970.

Periode ini ditandai oleh kekuasaan minoritas kulit putih yang mendominasi pemerintahan. Titik balik penting terjadi pada 1978 dengan ditandatanganinya Internal Settlement, yang secara bertahap mengakhiri rezim minoritas kulit putih.

Pada 12 Desember 1979, Britania sementara waktu mengambil alih kendali wilayah yang kini disebut Zimbabwe-Rhodesia. Klimaks perubahan terjadi pada 18 April 1980, ketika negara memperoleh kemerdekaan yang diakui internasional dan resmi berganti nama menjadi Zimbabwe.

Robert Mugabe, pemimpin Zimbabwe African National Union (ZANU), menjadi Perdana Menteri pertama Zimbabwe. Perjalanan politik selanjutnya ditandai dengan transformasi sistemnya, di mana pada 1987 Mugabe mengubah sistem pemerintahan dari parlementer menjadi presidensial.

Ia sendiri yang mencalonkan diri untuk menjadi Presiden Zimbabwe. Setelah berkuasa selama puluhan tahun, Mugabe akhirnya mengundurkan diri pada 2017 melalui sebuah kudeta internal, dan digantikan oleh Emmerson Mnangagwa, yang melanjutkan kepemimpinan di negara tersebut.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya